Telset.id, Jakarta – Lintas Technology Group mengadakan Lintas Teknologi Solution Day 2016 di Grand Ballroom Hotel Ritz Carlton SCBD Jakarta. Acara ini dikemas dengan menggabungkan seminar dan eksebisi dari para pebisnis infrastruktur ICT seperti Nokia, Juniper Networks, Infoblox, FireEye, F5, Fortinet, EXFO, Oracle, Sonus & Comarch.
“Perkembangan ICT demikian pesat di Tanah Air, siapkah kita menghadapi tantangan tersebut. Kami berharap stakeholder industri lokal optimistik dalam menghadapi tantangan masa depan yang jelas makin kompleks,” kata Muhamad Paisol, CEO PT Lintas Teknologi Indonesia saat membuka acara.
“Dengan kemajuan sistem digital maka akan muncul masalah-masalah baru yang harus diantisipasi,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Walikota Bandung Ridwan Kamil membagi pengalamannya membangun Bandung go digital melalui smart city. “Bagi kami ada tiga manfaat dari adanya teknologi digital. Pertama menjadi kontrol diri sendiri misalnya melalui e-budgeting, kedua menjadi alat observasi sebagai pendukung ketika akan mengambil keputusan, serta ketiga menjamin koneksi antara pemerintah dengan warganya sehingga demokrasi partisipatif melalui komunikasi digital dapat berlangsung,” kata Kang Emil –panggilan akrab Ridwan Kamil- .
Sementara, untuk mengatasi banyaknya persoalan di Kota Bandung, ia mendorong untuk dapat didigitalkan.”Saat ini ada 400 software aplikasi dan akan terus bertambah seiring problem kehidupan yang ada di wilayah Bandung,” tambahnya. Untuk mengubah sumber daya manusia agar mau memanfaatkan teknologi digital, harus dimulai dari pimpinan terlebih dulu dan memaksa birokrasi untuk mau menggunakan teknologi digital. “Teknologi memungkinkan database diakses dengan cepat dan mudah, dan dapat menghilangkan korupsi,” tandasnya.
Pakar ICT dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB, Budi Rahardjo mengatakan bahwa tantangan ke depan ICT akan semakin besar seiring munculnya generasi baru atau disebut generasi Z yang memiliki sifat digital native.
“Mereka akan menjadi konsumen baru dan memiliki perilaku yang berbeda dengan generasi sebelumnya dan harus diketahui betul oleh pelaku industri,” ungkapnya. Tantangan terhadap keamanan jaringan juga diperkirakan akan makin besar dan datang dari seluruh dunia. “Ketersediaan infrastruktur ICT yang memadai juga harus menjadi concern penyedia jaringan,” kata Budi mengingat tawaran kecepatan akses di Indonesia rata-rata masih rendah.
Achmad Zaky, founder dan CEO Bukalapak.com mengatakan bahwa kemajuan ICT harus dijawab oleh talenta-talenta Indonesia. “Bagaimana kita bisa mengisi layanan dengan infrastruktur ICT yang makin maju. Bila itu bisa dilakukan maka digital economy benar-benar bisa terwujud,” katanya. Zaky memberi ilustrasi bagaimana dia merintis usaha marketplace untuk UKM dari dua orang dan saat ini berkembang pesat dengan menampung sekitar 1 juta UKM (Usaha Kecil dan Menengah).
“Ini kesempatan besar bagi kita, jangan pesimis karena porsi untuk usahawan lokal sangat besar,” tambah Zaky. Kalau itu bisa terjadi, tambah Zaky, maka digital economy dapat menyumbang ke pertumbuhan ekonomi nasional dengan signifikan seperti yang terjadi di Amerika Serikat. (MS)