Indonesia Menjadi Favorit Target Serangan Cyber

Telset.id, Jakarta – Para pengguna Internet di Indonesia haru lebih waspada. Pasalnya, menurut hasil penelitian Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (Id-SIRTII), Indonesia masih menjadi target serangan cyber favorit.

Berdasarkan catatan Id-SIRTII, ada sekitar 89 juta serangan yang terjadi selama semester I tahun ini dengan dominasi oleh serangan malware sebanyak 46,3 juta serangan. Dari riset yang sama ditemukan enam ribu insiden website yang berhasil dijebol hacker dan hampir 16 ribu celah keamanan ditemukan pada sistem website di Indonesia.

Dunia digital memang mempermudah kehidupan manusia. Namun di sisi lain, menciptakan kemudahan bagi para pelaku kejahatan cyber untuk mencuri data penting. Hacker semakin pintar dan terus mengembangkan model serangannya.

Hacking telah menjadi bisnis di mana pelaku menjual informasi rahasia di pasar gelap, atau bahkan memeras si pemilik data. Sayangnya para pelaku bisnis yang sedang dan sudah melakukan transformasi digital masih belum menempatkan keamanan digital sebagai prioritas utama mereka,” jelas Direktur Virtus Technology Indonesia, Christian Atmadjaja pada acara Virtus Executive Gathering di Hotel Mulia Senayan Jakarta (3/11/2016).

Christian menambahkan, bagi perusahaan yang sudah memprioritaskan keamanan data di strategi digital mereka, tantangan selanjutnya adalah kesulitan menentukan teknologi yang tepat dan keterbatasan tenaga ahli di bidang keamanan TI.

Virtus sebagai value added distributor akan bertindak sebagai konsultan bagi para pelanggannya dalam menentukan solusi yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan TI pelanggan selain menyediakan dukungan lengkap berupa certified sales dan engineer, fasilitas Technology Center, dan layanan customer care 24 jam.

Rangkaian solusi yang ditawarkan Virtus meliputi perlindungan pada Operating System, Virtualization and Cloud, Database and Application, Data and Information, Network and Gateway, User, Endpoint and Mobile, Security Information and Event Management, serta Governance Risk and Compliance.

Solusi tersebut merupakan hasil kolaborasi dengan sejumlah merk ternama seperti CheckPoint, VMware, RSA Security, HPE Security, Sophos, Radware, TrendMicro, Menlo Security, Ruckus, Savvius, dan Gigamon. Rangkaian solusi yang ditawarkan Virtus tidak terbatas hanya perlindungan atau proteksi, namun juga melakukan deteksi, response, analisa, dan isolation.

“Ransomware menjadi satu tipe malware yang mengalami peningkatan aktivitas di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Tahun ini secara global sudah di ketahui peningkatan sampai 200 jenis family ransomware yang ada,” ungkapnya.

Di Indonesia, kata Christian, kasus ransomware diketahui secara sporadis karena tidak ada yang melaporkan secara resmi, tapi jumlahnya tahun ini diperkirakan sampai ribuan kasus. Sebuah perusahaan antivirus menyebutkan sehari ada 14 kasus ransomware di Indonesia.

Jika seandainya setiap kasus ransomware saja tiap korban membayar rata rata USD 1.000 maka total kerugian selama setahun bisa mencapai lebih dari Rp 50 milyar. Belum lagi dihitung kerugian waktu dan lain lainnya.

Menurut Checkpoint Security Report 2016, sekitar 82% dari perusahaan mengakses sebuah website yang berbahaya atau malicious, 88% perusahaan mengalami insiden kehilangan data, 89% perusahaan mengunduh malicious file.

Pencurian data yang terjadi, menurut riset Ponemon Institute, menimbulkan kerugian hingga rata-rata USD 4 juta per kejadian, dengan rincian kerugian sekitar USD 158 per data atau informasi rahasia yang dicuri.

Sementara faktor utama penyebab hilangnya data adalah serangan cyber sekitar 48%, diikuti oleh kegagalan program dan sistem seanyak 27% dan human error sekitar 25%. (MS/HBS)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI