Telset.id, Jakarta – Microsoft baru saja mengumumkan sepakat mengakuisisi LinkedIn senilai USD 26,2 miliar atau sekitar Rp 349 triliun. Akuisisi ini disebutkan menjadi akuisisi terbesar sepanjang sejarah Microsoft. Lantas, apa alasan Microsoft menggelontorkan duit sebanyak itu untuk mencaplok LinkedIn?
Jika Anda lihat gambar di atas, itu merupakan sebuah ilustrasi yang bisa menggambarkan alasan kenapa Microsoft rela merogoh koceknya hingga Rp 349 triliun. Microsoft ingin membuat Anda dan orang lainnya merasa nyaman saat menghadiri rapat atau pertemuan dengan seseorang atau rekan bisnis.
Well, kedengarannya rencana Microsoft bagus bukan? Tapi sebenarnya apa hubungannya dengan akuisisi LinkedIn?
[Baca juga: Microsoft Beli LinkedIn Rp 349 triliun]
Dalam pertemuan bernuansa bisnis, sangatlah penting untuk membuat orang merasa nyaman agar mereka mau bergabung dengan kita untuk menjadi satu kesatuan (tim). Namun di balik semua itu, kita juga harus mengetahui latar belakang dari seseorang yang ingin kita ajak bertemu atau bergabung dengan kita.
Memang dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat mengetahui hal tersebut. Namun saat ini, Anda akan mendapatkan bantuan dari asisten pribadi digital yaitu Cortana.
Saat ini, Cortana akan memberikan Anda beberapa informasi dasar tentang jadwal yang akan kita hadapi. Seperti misalnya kapan waktu Anda harus berangkat untuk menghadiri pertemuan dengan tepat waktu.
[Baca juga: Siri, Google Now, dan Cortana, Siapa Terbaik?]
Pada masa depan, Cortana akan dapat meringkas apa yang perlu Anda ketahui antara hubungan bisnis dan informasi yang tepat untuk mempererat hubungan bisnis tersebut. Karena dengan membuat nyaman rekan bisnis kita, maka hubungan bisnis pun akan semakin erat.
Microsoft saat ini sudah mengetahui informasi Anda dimulai dari jadwal (Outlook), pertemuan (Outlook), teman kerja (Delve), dan beberapa keahlian Anda (Delve). Lewat beberapa hal inilah, Microsoft meraciknya sehingga menghasilkan informasi yang akurat. Microsoft menyebutnya ‘Office Graph’.
Sementara itu, Jeff Weiner, Chief Executive Linkedln mengatakan bahwa perusahaannya membayangkan apa yang disebut dengan ‘Economic Graph’, yang merepresentasikan secara digital setiap karyawan dan resume mereka, perjalanan setiap pekerjaan yang dikerjakan secara digital, bahkan setiap keterampilan yang diperlukan untuk mendapatkan pekerjaan.
Linkedln juga memiliki Lynda.com yang merupakan situs pelatihan yang memungkinkan kita untuk dapat mengambil kelas untuk belajar keterampilan apapun. Dan tentu saja Linkedln News Feed yang membuat Anda dapat mengawasi rekan kerja dari perspektif sosial.
Dengan membeli Linkedln, Microsoft akan mendapatkan kedua grafik ini untuk mendapatkan lebih banyak data ke dalam mesin pembelajaran mereka. Menurut Chief Executive Microsoft, Satya Nadella, jika Microsoft dapat menghubungkan kedua grafik ini, maka keajaiban akan terjadi, dimana pekerjaan akan saling terhubung.
Microsoft akan menggunakan informasi dari Linkedln untuk memberdayakan aplikasi seperti Delve yang sudah menjadi bagian Office 365. Dengan membuat Office 365 semakin kuat, Microsoft juga akan mendapatkan untuk yang besar karena semakin banyak yang berlangganan.
Saat ini, sudah ada 1,2 miliar pengguna Office dan 70 juta pengguna per bulan untuk Office 365. Jika ditambahkan 433 juta pengguna dari Linkedln yang mendaftar, maka bisa dibayangkan potensi keuntungan bisa diraih dari jejaring profesional itu.
[Baca juga: Mimpi Microsoft Bangun Data Center Bawah Laut]
Memang pembelian LinkedIn oleh raksasa software dari Redmond ini bisa disebut pembelian yang sudah “diramalkan” akan lebih menguntungkan ketimbang membuang uang hampir Rp 96 triliun untuk membeli Nokia pada 2014 lalu.
Linkedln merupakan Facebook-nya dunia bisnis, dan repositori digital sebagian resume orang di dunia. Informasi besar inilah yang dibeli oleh Microsoft untuk terus memperkuat jaringan bisnisnya. Nah, sekarang sudah tahu kan alasan Microsoft membeli LinkedIn. [HBS]