Telset.id, Jakarta – Laporan riset yang dilakukan oleh Forrester Consulting untuk Dell Technologies mengungkap beberapa fakta terkait perusahaan di Indonesia saat ini. Riset ini menemukan bahwa sebagian besar perusahaan di Indonesia kewalahan menangani perkembangan data yang sangat cepat.
Data malah menjadi beban bagi perusahaan, alih-alih menjadi sebagai nilai tambah kompetitif bagi mereka. Forrester Consulting menjelaskan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi, seperti kesenjangan skill untuk mengelola data, silo data, proses manual, silo bisnis, dan kurangnya keamanan data pribadi.
“Semuanya dipicu oleh besarnya volume, kecepatan, dan ragam data yang membanjiri perusahaan, teknologi, sumber daya manusia, dan proses,” ungkap Richard Jeremiah, General Manager, Dell Technologies, Indonesia.
Riset dari Dell dan Forrester Consulting ini mewawancarai lebih dari 4.000 pembuat keputusan dari 45 negara. Forrester Consulting menyusunnya berdasarkan hasil riset berjudul Digital Transformation Index yang mengukur tingkat kesiapan digital perusahaan-perusahaan di seluruh dunia.
Dalam riset Digital Transformation Index terbaru, Dell Technologies menemukan faktor kontradiksi tentang kelebihan data atau ketidakmampuan mengolah data menjadi wawasan, adalah menjadi penghambat transformasi ketiga terbesar di dunia.
Laporan riset ini pun mengungkap tiga penyebab mengapa data malah menjadi beban bagi perusahaan di era transformasi digital seperti sekarang. Pertama, hanya sedikit perusahaan yang memanfaatkan data sebagai modal dan memprioritaskan penggunaannya di seluruh lini bisnis.
{Baca juga: 38 Juta Data Microsoft Power Apps Bocor, Gegara Izin Default}
Riset Dell melaporkan, 69% responden di Indonesia menyatakan bahwa data adalah sumber kehidupan bagi perusahaan mereka. Akan tetapi, hanya 22% saja yang telah memanfaatkan data untuk mengembangkan bisnis mereka.
Belum lagi, hanya 12% perusahaan di Indonesia yang secara aktif terlibat di teknologi/pemrosesan data dan memiliki budaya/kemampuan mengelola data. Sebagian kecil perusahaan ini masuk ke dalam kategori “Data Champion”.
Sementara 88% sisanya, belum menunjukkan kemajuan, baik dari sisi teknologi dan pemrosesan data dan/atau budaya dan kemampuan mereka mengelola data. Bahkan, riset ini menunjukkan bahwa 62% perusahaan di Indonesia masih jauh dari tujuan transformasi digital mereka.
Perusahaan Indonesia Mengumpulkan Data Lebih Cepat dari Kemampuan mereka
Penyebab lainnya, riset ini menemukan 72% perusahaan di Indonesia mengumpulkan data lebih cepat daripada kemampuan mereka untuk menganalisa dan menggunakannya. Malah, 67% dari mereka tetap membutuhkan lebih banyak data daripada kemampuan yang mereka miliki saat ini.
Akibatnya, ledakan data ini membuat perusahaan harus bekerja lebih keras, bukan lebih mudah. Dalam riset yang dilakukan Dell, ditemukan juga 63% perusahaan mengeluh data yang mereka miliki begitu banyak sehingga tidak bisa memenuhi persyaratan keamanan dan kepatuhan.
67% di antaranya juga mengatakan tim mereka sudah kewalahan dengan data yang mereka miliki.
Selain itu, 60% perusahaan di Indonesia menyatakan kurangnya ahli data internal menjadi hambatan untuk bisa mengambil, menganalisis, dan menindaklanjuti data dengan lebih baik dan kurang memadainya keterampilan teknis untuk mengelola sistem penyimpanan data mentah.
{Baca juga: Perusahaan Wajib Dengar Kata Ilmuwan untuk Atasi Perubahan Iklim}
“Tapi hanya 19% perusahaan yang secara aktif merekrut ilmuwan digital dan/atau pengembang software,” jelas Dell dalam laporannya.
Penyebab lainnya, Masih sedikit atau 21% perusahaan di Asia Pasifik dan Jepang yang telah mengalihkan sebagian besar aplikasi dan infrastruktur TI mereka ke model as-a-Service, sementara di Indonesia baru 12%.
Meski demikian, 65% perusahaan di Indonesia melihat peluang untuk mengembangkan atau mengubah permintaan konsumen. Sementara 68% yakin bahwa model as-a-Service bisa membuat perusahaan lebih tangkas/lincah. Riset lainnya mengungkap, 64% memprediksi perusahaan bisa menyediakan aplikasi dengan cepat dan mudah.
Harapan Lebih Baik untuk Perusahaan di Indonesia
Meskipun banyak perusahaan mengalami kesulitan saat ini, banyak perusahaan di
Indonesia yang ingin menciptakan masa depan yang lebih baik. 54% perusahaan
berencana untuk menerapkan pembelajaran mesin (machine learning) untuk mengotomatisasi cara mendeteksi data anomali.
Kemudian, 58% akan beralih ke model data-as-a-service dan 55% berencana untuk melakukan evaluasi menyeluruh kinerja stack mereka agar bisa merancang ulang cara mereka memproses dan menggunakan data dalam 1-3 tahun ke depan.
{Baca juga: Huawei MateBook D14 & D15 Dijual di Indonesia, Harga Mulai Rp 7 Jutaan}
Dell Technologies dan Forrester Consulting menjelaskan, Ada tiga cara perusahaan dapat mengubah data dari beban menjadi keunggulan:
- Modernisasi infrastruktur TI untuk bisa langsung memproses data di
sumbernya, yaitu di edge. Langkah ini termasuk membawa infrastruktur dan
aplikasi perusahaan lebih dekat ke lokasi dimana data perlu diambil,
dianalisis, dan ditindaklanjuti – sambil mencegah pertumbuhan data dengan
mempertahankan model operasional multi-cloud yang konsisten. - Mengoptimalkan saluran data, sehingga data dapat mengalir dengan bebas
dan aman saat ditambahkan kemampuan Artificial Intelligent (AI)/Machine
Learning (ML). - Mengembangkan software yang menghadirkan pengalaman personal dan
terintegrasi yang diinginkan konsumen.
(MF)