Telset.id, Jakarta – Kawasan Asia Pasifik menjadi sasaran empuk serangan siber. Tercatat, sekitar 27% dari semua serangan ransomware dibidikkan ke perusahaan maupun individu di Kawasan Asia Pasifik, dan 9,82% dari angka tersebut diarahkan ke Indonesia.
Berdasarkan data temuan yang dikutip dari basis data threat intelligence yang dimiliki oleh Trend Micro mengungkapkan bahwa kawasan Asia Pasific tercatat sebagai kawasan yang mendapatkan serangan siber paling intensif sepanjang tahun 2016 lalu, dibandingkan kawasan lain di seluruh dunia.
Trend Micro mendeteksi dan menganalisis petak-petak threat keamanan global setiap tahunnya, dari ransomware, vulnerabilities, exploit kits, mobile apps, online banking software, hingga berbagai jenis ancaman keamanan lainnya. Temuan-temuan tersebut ditulis secara lengkap dalam 2016 Global Roundup Report yang dirilis Trend Micro.
“Sudah bukan rahasia lagi bila perusahaan di masa kini dihadang oleh gelombang tantangan besar dengan munculnya beragam ancaman keamanan, baik yang sudah dikenali (known threats) maupun yang belum (unknown threats),” ujar David Siah, Country Manager Indonesia Trend Micro.
David mengingatkan, known threats tumbuh makin merajalela. Sepanjang tahun 2016 saja, Trend Micro berhasil memblokir lebih dari 80 miliar serangan yang berupaya untuk menimbulkan goncangan-goncangan keamanan global.
Tidak hanya dibuat repot oleh jenis serangan-serangan tersebut, industri juga terus disibukkan untuk memerangi unknown threats yang tercatat kemunculannya mencapai 500.000 per hari.”
David menegaskan, bombardir serangan yang bertubi-tubi mengingatkan tingginya kebutuhan akan pentingnya perusahaan dalam memperkokoh postur-postur keamanan mereka, serta mengadopsi strategi pendekatan keamanan cross-generational yang mumpuni dalam mengatasi gelombang known attacks maupun bangkitnya unknown threats.
“Gelombang serangan itu memang dirancang agar mampu mengelak dari sergapan software-software keamanan konvensional,” tukasnya. [HBS]