Apple PHK Puluhan Karyawan Tim Sales, Fokus ke Reseller

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id – Di tengah rekor pendapatan yang terus mencetak angka fantastis, Apple justru melakukan langkah mengejutkan: memutuskan hubungan kerja dengan puluhan karyawan di tim penjualannya. Bagaimana perusahaan yang baru saja mengumumkan pendapatan kuartal sebesar $102,5 miliar ini bisa mengambil keputusan yang tampak kontradiktif? Mari kita selidiki lebih dalam.

Menurut laporan eksklusif dari Mark Gurman di Bloomberg, raksasa teknologi asal Cupertino tersebut melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap “beberapa puluh” karyawan di berbagai divisi penjualan. Langkah ini, menurut pernyataan resmi Apple, bertujuan untuk menyederhanakan organisasi dan menghilangkan peran yang tumpang tindih. Namun, benarkah alasan sesungguhnya sesederhana itu?

Apple memberikan pernyataan resmi yang cukup diplomatis: “Untuk terhubung dengan lebih banyak pelanggan, kami melakukan beberapa perubahan dalam tim penjualan kami yang mempengaruhi sejumlah kecil peran.” Kalimat yang terdengar halus ini menyembunyikan realitas yang lebih kompleks di balik layar. Perusahaan memang mengakui adanya PHK, namun menolak menyebut angka pasti karyawan yang terdampak.

Toko Apple di San Diego dengan pelanggan yang sedang beraktivitas

Yang menarik dari kasus ini adalah kebijakan internal Apple terhadap karyawan yang di-PHK. Perusahaan memberikan kesempatan bagi mereka untuk melamar posisi baru yang sedang dibuka di divisi penjualan. Batas waktunya cukup ketat – hingga 20 Januari mendatang. Bagi yang gagal mendapatkan posisi baru dalam tenggat waktu tersebut, Apple menjanjikan paket pesangon sebagai kompensasi.

Namun, sumber internal yang diwawancarai Gurman mengungkapkan cerita yang berbeda dari narasi resmi perusahaan. Menurut para karyawan yang terdampak, alasan sebenarnya di balik PHK ini adalah rencana strategis Apple untuk beralih lebih masif ke saluran penjualan pihak ketiga atau reseller. Dengan mengandalkan partner eksternal, Apple bisa secara signifikan mengurangi biaya operasional, khususnya pengeluaran untuk gaji karyawan.

Fakta yang lebih mencengangkan lagi: sebagian besar karyawan yang di-PHK ternyata adalah pekerja senior yang telah mengabdi selama 20 hingga 30 tahun. Mereka bukan sekadar staf junior, melainkan termasuk manajer dan profesional berpengalaman yang memahami seluk-beluk bisnis Apple selama puluhan tahun. Keputusan memutuskan karyawan dengan masa bakti sedemikian lama tentu mengundang pertanyaan tentang strategi sumber daya manusia Apple ke depan.

Salah satu divisi yang paling terpukul adalah tim penjualan pemerintah, yang khusus menangani kerja sama dengan Departemen Pertahanan dan Kehakiman Amerika Serikat. Pengurangan drastis di divisi strategis ini memunculkan spekulasi: apakah ada kaitannya dengan shutdown pemerintah AS yang baru-baru ini terjadi? Meskipun Apple dan pemerintah AS belum memberikan konfirmasi resmi, timing yang berdekatan ini sulit diabaikan sebagai kebetulan belaka.

Yang membuat analisis ini semakin menarik adalah konteks waktu pelaksanaan PHK. Apple melakukan restrukturisasi ini justru ketika perusahaan sedang berada di puncak kesuksesan finansial. Setelah mencetak pendapatan $102,5 miliar untuk kuartal yang berakhir pada September, Apple diprediksi akan mencapai penjualan sebesar $140 miliar untuk kuartal penutup tahun ini. Lalu, mengapa harus melakukan PHK ketika kinerja sedang gemilang?

Jawabannya mungkin terletak pada efisiensi jangka panjang. Dengan beralih ke model penjualan melalui reseller, Apple tidak hanya mengurangi biaya gaji, tetapi juga mengalihkan sebagian beban operasional kepada mitra. Strategi ini mirip dengan langkah yang diambil perusahaan ketika menghentikan dukungan pelanggan di media sosial – mencari efisiensi tanpa mengorbankan cakupan layanan.

Pertanyaannya sekarang: apakah ini menjadi tren baru di industri teknologi? Tampaknya Apple bukan satu-satunya perusahaan yang melakukan restrukturisasi internal. Seperti yang terjadi ketika Meta membagi divisi AI menjadi dua tim, perusahaan teknologi besar terus beradaptasi dengan landscape bisnis yang berubah cepat.

Bagi Anda yang mengikuti perkembangan Apple, keputusan PHK ini mungkin mengingatkan pada situasi sebelumnya ketika perusahaan serius mempertimbangkan akuisisi Tesla untuk masuk ke industri mobil listrik. Pola yang terlihat adalah keinginan Apple untuk tetap gesit dan efisien, meski harus mengambil keputusan sulit.

Restrukturisasi di tim penjualan Apple ini mengirimkan sinyal jelas: tidak ada yang abadi dalam dunia bisnis, bahkan untuk karyawan yang telah mengabudi puluhan tahun. Di era dimana efisiensi menjadi kata kunci, perusahaan sebesar Apple pun harus terus beradaptasi. Pertanyaannya adalah: sampai sejauh mana adaptasi ini akan mempengaruhi kualitas layanan dan hubungan dengan pelanggan? Hanya waktu yang akan menjawab.

TINGGALKAN KOMENTAR
Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI