Telset.id, Jakarta – Perkembangan teknologi dibidang kedokteran kian canggih. Untungnya, pesatnya perkembangan teknologi tersebut dapat dimaksimalkan untuk membantu umat manusia dalam mendeteksi beragam penyakit. Salah satunya adalah sebuah alat yang dapat mendeteksi penyakit hanya dari nafas pasien.
Alat ini dikembangkan oleh para peneliti dari Israel Institute of Technology yang berhasil menemukan teknologi yang mampu mengidentifikasi 7 penyakit berbeda hanya dengan menganalisis nafas pasien.
Tak mudah tentunya untuk membuat alat secanggih itu, karena saat mengembangkan perangkat tersebut, tim peneliti harus mengumpulkan serta menguji sampel nafas dari pasien yang berjumlah lebih dari 1.400 pasien.
“Lewat tanda yang beraroma (nafas), memungkinkan kita untuk mengidentifikasi penyakit dengan menggunakan teknologi yang kami kembangkan,” kata Profesor Hossam Haick, ketua dari tim peneliti tersebut, seperti yang Telset.id kutip dari iDropNews.
[Baca juga: Biometrik Bisa Bantu Smartphone Prediksi Penyakit Baru?]
Ada hal menarik yang ditemukan oleh para tim peneliti, yakni ternyata dari senyawa yang dihasilkan nafas pasien untuk data pengujian, terdapat 13 bahan kimia yang berbeda untuk penyakit seperti Parkinson, penyakit Crohn, 8 tipe kanker dan penyakit lainnya.
Dalam mengembangkan perangkat canggih tersebut, tim peneliti membangun “Artificial Intelligence Nanoarray” yang mampu mendeteksi bahan kimia pada pasien. Perangkat ini juga menggunakan sensor tertentu, termasuk adanya nanopartikel emas dan karbon nanotube untuk mendeteksi keberadaan senyawa yang terdiri dari berbagai penyakit serta menghitung rasio senyawa kimia tersebut dalam napas pasien.
Kemudian, data yang telah diperoleh itu nantinya akan diolah oleh AI yang telah dibuat sebelumnya, yang kemudian akan menghitungnya dengan memperhatikan berbagai aspek termasuk usia dan jenis kelamin.
[Baca juga: Tak Sekadar Narsis, 6 Manfaat Ini Bisa Didapat dari Selfie]
Untuk akurasi dari perangkat pendeteksi penyakit ini berada pada nilai 86 persen yang bisa dibilang berada di tingkat kurang cukup akurat sehingga hasilnya masih belum bisa digunakan dalam diagnosis klinis.
Namun meski begitu, teknologi ini tentunya sangat menjanjikan karena mampu mendeteksi penyakit yang berbahaya hanya dengan menggunakan hembusan nafas saja.
“Alat ini tersedia tanpa adanya prosedur yang kurang menyenangkan. Alat ini jgua tidak brebahaya sehingga Anda bisa menggunakannya lagi jika diperlukan,” ujar Haick.
Tentunya jika alat ini sudah memiliki tingkat keakurasian yang tinggi, mungkin bisa saja ke depannya dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit yang lebih banyak. Para pasien nantinya hanya tinggal menghembuskan nafasnya pada alat ini tanpa harus mengikuti prosedur yang terkadang malah membuat “ribet” pasien. (FHP/HBS)