BOGOR – Masing-masing operator seluler Indonesia telah mengumumkan hadirnya teknologi 4G LTE. Kecepatan datanya dianggap masih belum optimal, namun hal tersebut sebenarnya masih bisa ditingkatkan dengan teknologi carrier aggregation.
Untuk mengoptimalkan kecepatan 4G di Indonesia, Smartfren menggunakan teknologi hybrid TDD/FDD atau yang biasa disebut carrier aggregation (CA).
Chief Technology Officer Smartfren Christian Daigneault mengatakan, untuk mendapatkan kecepatan lebih tinggi dan jangkauan lebih baik diperlukan penggabungan dua frekuensi yang berbeda.
“Kalau disederhanakan memanfaatkan teknologi seluler yang memungkinkan penggunaan dua frekuensi untuk mencapai kecepatan lebih tinggi hingga 165 Mbps,” kata Christian di kantor Smartfren BSD, Kamis (12/11/2015).
Smartfren memanfaatkan frekuensi di 2.300 MHz dengan teknologi Time Division Duplex (TDD) untuk mengoptimalkan kecepatan akses data dan 850 MHz yang mengandalkan teknologi Frequency Division Duplex (FDD) untuk jangkauan yang lebih luas.
Teknologi carrier aggregation memungkinkan jaringan 4G berjalan di dua frekuensi berbeda. Keuntungannya adalah kecepatan datanya jadi bisa dilipatgandakan dengan “menggabungkan” kanal LTE di frekuensi 850 MHz dan 2,3 GHz.
Dengan implementasi carrier aggregation di kedua jaringan tersebut, Munir S.P., Head of Network Special Project Smartfren, bahkan menguji pada saat di kantor smartfren BSD kecepatan jaringan 4G sanggup mencapai kecepatan 167 Mbps dan saat ujicoba di rute Serpong-Jakarta-Bogor rata-rata mencapai 80 Mbps.
Sayang soal implementasi carrier aggregation di jaringan 4G milik Smartfren, Munir masih belum mau banyak berkomentar. Alasannya karena menunggu regulasi dari pemerintah. Namun bila teknologi carrier aggregation dimungkinkan, Smartfren mengaku sudah siap. (MS)