Telset.id, Jakarta – Basarnas dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memastikan pesawat Sriwijaya Air SJ182 dengan rute Jakarta-Pontianak jatuh di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu. Pesawat Sriwijaya Air SJ182 itu diketahui berjenis Boeing 737-524.
Dari keterangan yang dihimpun Telset dari beberapa sumber, pesawat milik Sriwijaya Air ini sudah berusia sekitar 26 tahun. Pesawat Boeing 737-524 itu melakukan penerbangan perdananya pada bulan Mei 1994.
Kali ini kami akan membahas mengenai teknologi dan spesifikasi dari pesawat Boeing 737-524.
Selain itu, kami pun menjelaskan mengenai sejarah dari pesawat Sriwijaya Air SJ182 berjenis Boeing 737-524 yang sudah dipastikan jatuh di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu.
Spesifikasi dan Teknologi Boeing 737-524
Menyusul kesuksesan Boeing 737-200 Advanced, Boeing ingin meningkatkan kapasitas dan jangkauan, serta memasukkan sejumlah peningkatan pada pesawat. Spesifikasinya dibuat lebih modern namun tetap mempertahankan banyak kesamaan dari varian 737.
Dikutip dari berbagai sumber, pengembangan pesawat ini dimulai pada tahun 1979. Varian pertama yang mengudara adalah 737-300 pada tahun 1984. Menyusul kemudian seri 737-500 yang mengudara pertama kali pada tahun 1989 dan melayani penumpang pada 1990.
{Baca Juga: Apa Itu FlightRadar24, Aplikasi yang Melacak Sriwijaya Air SJ182}
Boeing 737-500 juga disebut 737 Classic. Pesawat ini merupakan varian terkecil dibanding dari seri 737 lainnya. Meski lebih kecil, namun memiliki badan yang lebih panjang dari seri 200.
Pesawat menggunakan mesin CFM56-3 yang menawarkan penggunaan bahak bakar lebih hemat hingga 25%, jika dibandingkan dengan mesin yang digunakan Boeing 737-200.
Boeing 737-524 yang masuk ke dalam seri Boeing 737 Classic punya daya jelajah sampai 3.400 km dengan asumsi muatan maksimal. Sementara kecepatan maksimalnya bisa mencapai 910 km/jam.
Pada seri 737 Classic juga memperkenalkan teknologi Speed Trim System (STS). Sistem penerbangan ini dapat menyesuaikan stabilizer secara otomatis pada kecepatan rendah, bobot rendah, dan daya dorong tinggi dengan autopilot yang dilepas.
Sistem ini mengandalkan sebagian besar perangkat keras dan perangkat lunak yang sama dalam mode autopilot.
Southwest Airlines asal Amerika Serikat menjadi maskapai pertama yang memesan Boeing 737-500 untuk penerbangan komersial. Pesawat ini juga digunakan beberapa maskapai Rusia, seoerti Nordavia, Rossiya Airlines, S7 Airlines, Sky Express, Transaero, UTair dan Yamal Airlines.
Pada tahun 2012, sebanyak 40% model 737-500 dipensiunkan lebih cepat karena ukurannya yang lebih kecil. Pesawat ini bisa menampung sebannyak 132 penumpang kelas Ekonomi atau 108 penumpang untuk kelas Ekonomi dan Bisnis.
Sejarah Pesawat Sriwijaya Air 737-574
Pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh diketahui pertama kali digunakan oleh Continental Air Lines, maskapai asal Amerika Serikat. Continental Air Lines menggunakan pesawat tersebut dari 31 Mei 1994 hingga tahun 2010.
Kemudian, pesawat Boeing 737-524 ini alih kepemilikan ke United Airlines untuk penerbangan komersial. Kemudian di tahun 2012, Sriwijaya Air mulai menggunakan jasa pesawat tersebut.
{Baca Juga: Kronologi Pesawat Sriwijaya Air Sebelum Hilang Kontak}
Berdasarkan data yang diperoleh dari FlightRadar24, pesawat Sriwijaya Air tersebut selalu melayani penerbangan dengan rute Jakarta-Pontianak dari awal 2021, hingga akhirnya dinyatakan hilang kontak dan jatuh pada 9 Januari 2021.
Disebutkan bahwa usia pesawat Sriwijaya Air 737-524 sudah mencapai 26 tahun 7 bulan. Apakah usia tersebut sudah terlalu tua untuk sebuah pesawat komersial?
Usia Pesawat jadi Patokan Laik Terbang?
Menurut para ahli, usia pesawat tidak bisa dijadikan patokan terkait keamanan dalam penerbangan. Masih ada faktor lain yang memengaruhi apakah pesawat layak terbang atau tidak, seperti perawatan, perbaikan dan penggantian suku cadang, bahkan peremajaan.
Sejumlah komponen wajib diganti apabila telah melalui jam terbang tertentu. Apalagi, sebelum terbang, pesawat harus melewati tahap inspeksi dan pemeriksaan ketat sebelum dinyatakan pantas terbang.
Walaupun demikian, pemerintah Indonesia tetap memberikan batasan usia operasional, khususnya untuk pesawat komersial.
{Baca Juga: FlightRadar24: Sriwijaya Air SJ182 Hilang Kontak Setelah 4 Menit Lepas Landas}
Sebagaimana dikutip dari CNN Indonesia, Permenhub Nomor KM 5 tahun 2006 disebutkan bahwa usia pesawat penumpang yang bisa didaftarkan dan dioperasikan pertama kali di Indonesia maksimal 20 tahun dan jumlah pendaratannya tidak boleh melebihi 50 ribu kali.
Sementara itu, usia pesawat penumpang yang boleh beroperasi di Tanah Air maksimal adalah 35 tahun. Jumlah pendaratannya juga tidak boleh lebih dari 70 ribu kali. (HR)