Ilmuwan Bikin Obat Penghilang Rasa Sakit dari Limbah Kertas

Telset.id, Jakarta – Saat ini, sekelompok ilmuwan dari Inggris telah menemukan material lain, yaitu limbah industri kertas untuk membuat obat penghilang rasa sakit agar bisa mengurangi polusi udara.

Bagi yang belum tahu, sebuah studi di tahun 2019 menyebutkan perusahaan obat menghasilkan lebih banyak karbon dioksida atau limbah hingga berton-ton seharga jutaan dolar dibandingkan industri otomotif, lapor The Conversation.

Sementara itu, dalam laporan tersebut kondisi industri farmasi pada tahun 2015 digambarkan lebih berpolusi 13 persen daripada industri otomotif. Dari studi ini bisa dikatakan perusahaan obat perlu mengurangi emisi karbon untuk kesehatan bumi serta semua makhluk hidup di bumi.

BACA JUGA:

Kabar baiknya, sekelompok ilmuwan dari University of Bath di Inggris telah menemukan cara bagi industri farmasi untuk mengatasi masalah polusi udara yang berbahaya dari pembuatan obat-obatan.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ChemSusChem, tim ilmuwan ini menjelaskan proses yang mereka buat untuk β-pinene, sebuah komponen yang ditemukan dalam terpentin, sebuah limbah industri kertas menjadi prekursor farmasi yang kemudian digunakan untuk mesintesis parasetemol dan ibuprofen, jenis obat penghilang rasa sakit.

Sekarang, sebagian besar perusahaan yang memproduksi obat pereda nyeri tersebut menggunakan prekursor kimia yang berasal dari bahan berupa mintak mentah. Sementara itu, terpentin adalah produk sampingan limbah yang dihasilkan dari industri kertas dalam skala lebih dari 350.000 ton per tahunnya.

Para peneligi ini mengaakan mereka juga berhasil menggunakan terpentin untuk mensintesis 4-HAP, prekursor untuk beta-blocker, salbutamol obat penghirup asma dan berbagai pembersih rumah tangga.

Selain lebih berkelanjutan, proses penguraian bio dari tim ilmuwan dapat berdampak pada biaya obat yang lebih konsisten bagi konsumen, karena terpentin tidak terpengaruh pada tekanan geopolitik seperti minyak yang harganya meroket.

Meskipun harga cenderung stabil, masalahnya adalah proses untuk mengolah material ini memerlukan biaya yang lebih mahal dalam kegiatan produksi obat dengan terpentin, dibandingkan dengan memproduksi obat dari minyak mentah.

BACA JUGA:

Dilansir Telset dari Engadget, tim ilmuwan ini menyarankan konsumen mungkin bersedia membayar dengan harga obat yang lebih mahal untuk obat yang berlekanjutan. Hal ini juga menjadi rahasia umum bahwa ketika seseorang sakit rela untuk membayar lebih untuk bisa cepat sehat.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI