Telset.id, Jakarta – Sekelompok ilmuwan China dari Suzhou Institute of Biomedical Engineering and Technology berhasil mengembangkan rahim buatan yang didukung robot berbasis AI atau kecerdasan buatan untuk merawat embrio.
Dilansir Telset dari IFL Science pada Rabu (2/2/2022), rahim buatan tersebut didukung oleh robot AI yang bertugas sebagai pengasuh embrio agar perkembangannya optimal.
Rahim buatan atau kultur embrio jangka panjang yang dibuat para peneliti didukung oleh sistem wadah cairan yang kompleks, tempat embrio berkembang, serangkaian pengontrol cairan, dan dilengkapi dengan oksigen.
Baca juga: Misteri Fosil Embrio Dinosaurus Langka Terkuak
Di atas rahim buatan, ada perangkat optik yang mampu memperbesar embrio dan memantaunya dengan detail yang mengesankan. Optik ini kemudian memberikan informasi pertumbuhan janin kepada robot pengasuh berbasis AI.
Berdasarkan informasi ini, robot AI bahkan dapat menentukan kondisi embrio pada kesehatan dan potensi secara keseluruhan, jika para peneliti menginginkannya.
Penelitian dilakukan dengan merawat embrio tikus dan hasil penelitian ditulis di Journal of Biomedical Engineering. Dari hasil penelitian, ternyata rahim buatan dan robot AI mampu merawat sekaligus memantau proses perkembangan embrio dengan baik.
“Sistem pemantauan online embrio in vitro yang dikembangkan dapat melacak dan merekam karakteristik morfologis dari proses perkembangan tanpa mempengaruhi perkembangan embrio, dan memberikan dasar untuk evaluasi perkembangan embrio dan optimalisasi sistem kultur in vitro,” tulis salah satu perwakilan dari ilmuwan China.
Baca juga: China Kembangkan Terapi Penunda Penuaan Dini
Selain itu, peneliti menjelaskan kalau rahim buatan dan robot AI dapat mengurangi resiko bayi terlahir cacat dan masalah kesehatan reproduksi lainnya. Mereka juga mengklaim, kelak teknologi kreasi mereka bisa dipakai untuk meneliti embrio manusia.
“Tidak hanya akan membantu lebih memahami asal usul kehidupan dan perkembangan embrio manusia, tetapi juga memberikan dasar teoretis untuk memecahkan masalah cacat lahir dan masalah kesehatan reproduksi utama lainnya,” pungkas mereka. (NM/MF)