Telset.id, Jakarta – Pada 20 Juli 1969, Neil Armstrong menjadi menusia pertama yang memijakkan kaki di Bulan, bersama Edwin Aldrin dengan Apollo 11. Tapi peristiwa bersejarah itu masih ada yang menyangkalnya, alias tidak mempercayai manusia sudah ke Bulan.
Peristiwa pendaratan Apollo 11 di Bulan pada 51 tahun lalu itu disebut-sebut sebagai puncak kemajuan dari ilmu pengetahuan dan teknologi Amerika Serikat (AS) dan dunia hingga saat ini.
Akan tetapi, banyak orang yang tidak mempercayai menusia sudah ke bulan dan menyangkal misi Apollo 11 yang diawaki Neil A. Armstrong, Michael Collins, dan Edwin E. Aldrin Jr.
Meski pencapaian Neil Armstrong dkk dianggap spektakuler, namun pendaratan astronot Amerika di bulan memunculkan banyak teori konspirasi konspirasi yang menyebut itu hanyalah rekayasa Amerika.
Beberapa bantahan yang sering digaungkan seperti misalnya bintang tidak terlihat di bulan saat dalam foto, bendera AS terlihat seperti berkibar padahal tidak ada atmosfer, mustahil manusia bisa melewati radiasi sabuk Van Allen, tidak ada misi lanjutan ke bulan, Arah bayangan di sejumlah foto dokumentasi tampak tidak seragam, dll.
BACA JUGA:
- Memorabilia Pendaratan Apollo 11 Dilelang, Berminat?
- NASA Pakai “Senter Laser” Cari Sumber Air di Bulan
Sebenarnya sudah banyak bantahan yang diberikan pihak NASA dan para ilmuwan tentang tuduhan-tuduhan teori konspirasi atau rekayasa pendaratan di bulan. Namun belum lama ini, sebuah penjelasan kembali diberikan para ahli.
Penjelasan pertama diberikan oleh Neil deGrasse Tyson, seorang astrofisika, kosmolog, ilmuwan planet dan komunikator sains ini membeberkan pendapatnya kepada Penguin UK.
Menurut Tyson, apa lagi yang perlu dipertanyakan dan diperdebatkan soal pendaratan manusia sudah ke bulan, karena ada bukti yang jelas-jelas nyata, yakni roketnya benar-benar meluncur.
“Kita bisa lihat ada blueprint bangunan, desain dari roket Saturn 5, dan perekaman saat peluncuran. Jika Anda ingin memalsukan pendaratan di Bulan, maka Anda harus memalsukan semua dokumentasi itu. Dan menurut saya, akan lebih mudah pergi ke Bulan saja, lebih gampang dari pada memalsukan semua dokumennya,” ujar Tyson sambil tertawa.
“Jadi ya, (menurut saya) kita memang sudah pernah ke Bulan,” tegasnya dengan sangat yakin.
Pendapat senada juga disampaikan sutradara kawakan S G Collins. Pria yang belajar ilmu sinematografi di Emerson College, Boston ini membantah teori konspirasi yang curiga pada foto-foto pendaratan di bulan hanya rekayasa kamera.
Para penganut teori konpirasi mempermasalahkan bayangan yang nampak mencurigakan pada foto yang dibagikan dari misi Apollo 11, yang katanya hasil pemotretan di studio.
Collins membantah tudingan tersebut. Menurut sutradara yang sudah bergelut di dunia fotografi dan perfilman sejak usia 12 tahun ini, teori tersebut lemah, jadi dia yakni pendaratan di Bulan adalah nyata, bukan rekayasa.
“Apakah ada manusia yang pergi ke Bulan tahun 1969? Aku juga tidak begitu yakin karena aku tidak di Bulan saat itu. Tapi, apakah mereka (NASA) memalsukan pendaratan di Bulan? Saya yakin mereka tidak melakukannya karena mereka tidak bisa,” ujar Collins di channel YouTube Video From Space.
Ia menjelaskan, walaupun kemajuan teknologi permesinan sudah cukup hebat saat perang dingin, akan tetapi tidak ada teknologi kamera yang bisa mendukung untuk memalsukan video saat itu.
“Jadi, saat kamu mencoba menyinari dengan dua lampu, maka kamu akan mendapatkan dua bayangan. Maka foto ini harusnya terlihat seperti ada bayangan samar di belakang. Tapi nyatanya tidak,” jelasnya.
Collins juga menyangkal soal teori slow motion yang dilakukan oleh NASA untuk menggambarkan gerakan para astronot di bulan. Menurut Collins, teori itu menggelikan, karena teknologi kamera di tahun 1969 belum secanggih sekarang.
“Di tahun 1969, tidak ada high speed video camera. Kemajuan elektronik kamera belum sampai ke sana, ujar Collins.
Misi Apollo 11 Rekayasa Film?
Seperti diketahui, sutradara kenamaan, Stanley Kubrick, pernah dituduh merekayasa pendaratan di bulan, karena magnum opus-nya, 2001: A Space Odyssey, dianggap sangat realistis sebagai sebuah produk fiksi.
Guardian pernah mencatat teori konspirasi yang sempat beredar ke publik. Kurang lebih teori itu berbunyi seperti ini:
“Pada 1968 Stanley Kubrick diam-diam didekati NASA yang memintanya untuk menyutradarai tiga adegan pendaratan di permukaan bulan. Stanley bekerja selama 16 bulan di dalam set khusus di Huntsville, Alabama, untuk menciptakan rekaman misi Apollo 11 dan 12”.
Namun teori konspirasi ini dengan mudah bisa dipatahkan, karena tidak menyertakan bukti yang kuat. Bahkan yang terjadi malah sebaluknya, bukan NASA yang menyewa Stanley, tapi justru Stanley yang “menyewa” dua anggota NASA, Frederick Ordway dan Harry Lange untuk terlibat dalam penggarapan film 2001: A Space Oddysey.
Teori konspirasi yang menyebut pendaratan di bulan adalah rekayasa bermula dari sebuah buku berjudul We Never Went to the Moon: America’s Thirty Billion Dollar Swindle.yang diterbitkan Bill Kaysing pada tahun 1974.
BACA JUGA:
- Heboh! Pentagon Rilis Video Rahasia Penampakan UFO
- Siapa Pesaing Terberat AS untuk Misi Pendaratan di Bulan?
Kaysing sendiri adalah seorang wartawan dan pegawai bagian hubungan masyarakat kontraktor NASA. Buku yang ditulis Kaysing itu menyimpulkan bahwa Amerika telah memalsukan pendaratan di bulan, berdasar hasil investigasi pada rekaman dan foto-foto yang dirilis oleh NASA.
Sejak buku itu diterbitkan, kemudian banyak bermunculan buku yang dibuat para penganut faham teori konspirasi dengan tema serupa. Bahkan kini tak hanya buku, Anda juga bisa mendapati banyak website yang menuliskan teori-teori “cocoklogi” yang menyangkal manusia sudah ke bulan. [HBS]