Selalu Dicari, Apa Itu Black Box dan Bagaimana Cara Kerjanya?

Telset, Jakarta Pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 terus dilakukan. Sejumlah korban dan serpihan pesawat mulai ditemukan. Sedangkan lokasi kotak hitam atau Black Box pesawat sudah diketahui titik lokasinya. Apa itu Black Box?

Dalam konferensi persnya, Minggu (10/01/2021), Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menjelaskan bahwa tim gabungan pencari telah menandai lokasi yang diduga kuat merupakan Black Box milik pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

“Saat ini kami terus berupaya mendapatkan Black Box yang posisinya juga diduga kuat adalah posisi jatuhnya pesawat yang kita cari,” ujar Hadi. 

{Baca juga: Mengenal Boeing 737-524, Pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang Jatuh}

Berdasarkan data yang diperoleh black box diduga berada di kedalaman 17 sampai 20 meter di bawah permukaan laut. Kotak akan diangkat secepatnya untuk kemudian diteliti Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terkait penyebab kecelakaan pesawat. 

“Semoga black box dapat segera diangkat sehingga dapat menjadi bahan bagi KNKT untuk mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan,” tutur Hadi. 

Black box memang menjadi salah satu perangkat yang dicari ketika terjadi kecelakaan pesawat seperti kecelakaan Sriwijaya Air SJ 182. Lantas apa itu black box pesawat dan mengapa selalu dicari ketika terjadi kecelakaan pesawat? 

Sejarah Black Box 

Black box dibuat oleh ilmuwan asal Australia, Dr. David Ronald de Mey Warren. Dilansir dari Meyer West IP, David membuat black box karena terinspirasi dari kecelakaan pesawat yang dialami oleh ayahnya Reverend Hubert Warren pada tahun 1934. 

Selain itu David juga terinspirasi dengan kasus kecelakaan pesawat komersil asal Inggris bernama Comet yang mengalami kecelakaan pada tahun 1954. Kedua kecelakaan tersebut membuat dirinya berusaha untuk menciptakan perangkat perekam di pesawat. 

Warren pun bekerja di Aeronautical Research Laboratories (ARL) yang dimiliki oleh Defense Science and Technology Organization di Melbourne untuk mengembangkan black box. 

Menurutnya perangkat perekam penerbangan sangat penting untuk mempermudah penyelidikan ketika terjadi kecelakaan pesawat. Kemudian pada tahun 1957, Warren berhasil menciptakan perangkat bernama “Unit Memori Penerbangan ARL”. 

Black box
Dr. David Warren dan black box temuannya (Foto : Flight Safety Foundation)

Sayangnya Unit Memori Penerbangan ARL dikritik oleh otoritas Australia. Angkatan Udara Australia menilai bahwa Unit Memori lebih banyak merekam umpatan pilot daripada penjelasan pilot saat terbang.

Sedangkan banyak pilot Australia yang khawatir jika rekaman tersebut digunakan sebagai alat spionase atau mata-mata dan pengawasan ilegal lainnya. Unit Memori Penerbangan ARL pun tidak laku dan justru dipakai oleh Comet sebagai alat untuk merekam kondisi kokpit. 

{Baca juga: Apa Itu FlightRadar24, Aplikasi yang Melacak Sriwijaya Air SJ182}

Melansir dari thoughtco, dari situ perangkat mulai dipakai oleh banyak maskapai penerbangan. Bahkan sudah menjadi prosedur standar dalam penerbangan di Inggris, Amerika Serikat dan akhirnya seluruh dunia hingga saat ini. 

Unit Memori Penerbangan ARL pun akhirnya lebih dikenal dengan sebutan Black Box. Kata black box terinspirasi perangkat elektronik milik Angkatan Udara Britania Raya atau Royal Air Force (RAF) saat Perang Dunia II. 

Biasanya berbagai perangkat elektronik yang berada di pesawat RAF biasanya ditutupi dengan baja berwarna hitam sehingga sering disebut dengan black box. Istilah black box akhirnya dipakai juga oleh perangkat perekam buatan Warren hingga sekarang. 

Bentuk dan Cara Kerja Black Box 

Black box pesawat
ilustrasi black box (Foto : Deutsche Welle (DW))

Sebenarnya black box tidak berwarna hitam namun berwarna merah terang atau oranye dengan berat sekitar 4,5 kg. Tujuannya black box berwarna merah atau oranye agar lebih mudah ditemukan oleh tim penyelamat saat terjadi kecelakaan pesawat. 

Black box adalah perangkat yang tidak mudah hancur. Hal ini karena perangkat biasanya terbungkus titanium dan baja dan tahan terhadap guncangan, masuknya kelembaban, dan getaran.

Kotak hitam bahkan dapat bertahan di suhu hingga 1.100 derajat Celcius selama satu jam dan kedalaman hingga 6 km di bawah permukaan air. Black box memiliki dua komponen yaitu Flight Data Recorder (FDR) dan dan Cockpit Voice Recorder (CVR).

FDR adalah komponen yang bertugas merekam data penerbangan selama 25 jam penerbangan.  FDR dapat merekam 88 parameter seperti kompas, arah, ketinggian pesawat dan hal teknis lainnya. 

Sedangkan CVR adalah alat yang merekam percakapan di dalam kokpit antara pilot dan kopilot selama 2 jam terbang. CVR juga mampu merekam beragam suara lain seperti suara mesin, suara alarm, bahkan suara kursi yang digeser di kokpit.

Kotak hitam saat ini diatur oleh berbagai lembaga internasional. Badan-badan ini menerapkan persyaratan ketat untuk memastikan bahwa perangkat dapat memberikan informasi berharga jika terjadi kerugian yang tragis seperti kecelakaan.

Black box terus ditingkatkan seperti memberikan kemampuan tambahan kotak hitam, seperti suar pelacak. Tujuannya jika terjadi tabrakan bawah air suar akan memancarkan sinyal hingga 30 hari.

Black Box pesawat (Foto : HowStuffWorks)

{Baca juga: Canggihnya Baruna Jaya IV, Kapal Pencari Sriwijaya Air SJ182}

Saat ini, kotak hitam juga menggunakan memori solid-state dan teknik perekaman digital untuk menyimpan data. Peningkatan ini dapat memberi mereka lebih banyak ketahanan terhadap getaran dan kelembaban jika pelindung kotak terganggu. 

Dengan kecanggihan yang ditawarkan, maka tidak heran mengapa black box begitu penting untuk dicari. Pada kasus Sriwijaya Air SJ 182 semoga black box dapat segera diangkat ke darat sehingga penyebab kecelakaan bisa diketahui. [NM/HBS]

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI