Telset.id, Jakarta – Tim peneliti dari Rutgers University, Amerika Serikat, berhasil menggabungkan teknik robotika dengan teknologi kecerdasan buatan untuk membantu pemulihan pasien yang mengalami cedera tulang belakang.
Dalam mengembangkannya, para peneliti memanfaatkan machine learning untuk mengidentifikasi kopolimer sintetis atau polimer buatan yang terbuat dari lebih satu monomer.
Dilansir Telset dari Engadget pada Selasa (8/3/2022), teknologi pemulihan cedera tulang belakang ini akan mengidentifikasi kopolimer sintetis mana yang mampu bertahan paling lama dan bisa dipakai untuk pasien yang menjalani pemulihan cedera tulang belakang.
Baca juga: Robot Bedah STAR Lakukan Operasi Pertama
Hebatnya, teknologi ini mampu menstabilkan enzim Chondroitinase ABC (ChABC) dari yang awalnya hanya bertahan beberapa jam menjadi lebih dari seminggu.
Dengan begitu, enzim ChABC bisa lebih maksimal dalam menurunkan jaringan parut atau jaringan luka dari cedera tulang belakang dan mendorong regenerasi jaringan.
Akan tetapi cara ini hanya bisa dilakukan untuk pemulihan cedera tulang belakang saja, dan diharapkan bisa dikembangkan untuk memberikan perawatan yang maksimal bagi pasien.
Sedangkan untuk belum ada pengujian lebih lanjut apakah teknologi yang menstabilkan enzim ChABC ini bisa dipakai untuk pasien yang menjalani pengobatan cedera tulang belakang.
Ilmuwan Bikin Rahim Buatan
Tak cuma untuk pemulihan pasien yang mengalami cedera tulang belakang, pengembangan teknologi AI dan robotika dalam dunia medis juga pernah dilakukan oleh sekelompok ilmuwan China dari Suzhou Institute of Biomedical Engineering and Technology.
Mereka berhasil mengembangkan rahim buatan yang didukung robot berbasis AI atau kecerdasan buatan untuk merawat embrio.
Dilansir Telset dari IFL Science pada Rabu (2/2/2022), rahim buatan tersebut didukung oleh robot AI yang bertugas sebagai pengasuh embrio agar perkembangannya optimal.
Baca juga: Ilmuwan China Bikin Rahim Buatan
Rahim buatan atau kultur embrio jangka panjang yang dibuat para peneliti didukung oleh sistem wadah cairan yang kompleks, tempat embrio berkembang, serangkaian pengontrol cairan, dan dilengkapi dengan oksigen.
Di atas rahim buatan, ada perangkat optik yang mampu memperbesar embrio dan memantaunya dengan detail yang mengesankan. Optik ini kemudian memberikan informasi pertumbuhan janin kepada robot pengasuh berbasis AI.
Berdasarkan informasi ini, robot AI bahkan dapat menentukan kondisi embrio pada kesehatan dan potensi secara keseluruhan, jika para peneliti menginginkannya. (NM/MF)