JAKARTA – Melihat anak-anak (bahkan balita) asyik memainkan iPad di era sekarang seperti sesuatu hal yang lumrah. Para orang tua dengan bebasnya membekali anak-anaknya yang masih kecil dengan beragam gadget yang kekinian. Padahal, hal tersebut dinilai tidak bagus untuk perkembangan anak. Kenapa?
Mungkin para orang tua zaman sekarang merasa bangga bisa memberikan anak-anaknya sebuah smartphone dan tablet. Sang anak pun asyik memainkan berbagai game yang ada di gadget yang dia miliki. Mengenalkan anak secara dini pada teknologi memang tidak salah, tapi tetap dianjurkan untuk memperhatikan perkembangan sang anak.
Anda mungkin tak akan menyangka, seorang Steve Jobs yang adalah merupakan maestro teknologi dan pembuat iPad malah memilih untuk tidak membiarkan putra-putrinya bermain iPad di rumah, dengan alasan takut bahwa mereka nantinya tumbuh dengan memiliki ketergantungan terhadap teknologi.
Hal yang sama juga dilakukan oleh beberapa tokoh-tokoh teknologi terkemuka yang berkantor di Silicon Valley. Tujuannya sama seperti Jobs, mereka tidak ingin melihat anak-anaknya terlalu cepat mengenal teknologi, yang mengganggu perkembangan jiwa anak.
Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran yang diberikan seorang psikolog anak terkemuka, Dr. Richard House, yang meyakini kalau memperkenalkan iPad (dan gadget lainnya) pada anak-anak bisa diibaratkan sebagai sebuah ‘penyiksaan’.
Dia menggambarkannya sebagai bermain rolet Rusia dengan perkembangan anak-anak. Dr. House mengatakan bahwa gambar elektronik yang ditampilkan di layar iPad bisa membuat anak-anak tak bisa menikmati pengalaman dunia nyata secara langsung atau menanggapinya secara menyimpang.
“Anak-anak sudah cukup bingung untuk berkenalan dengan dunia nyata, dan jika mereka kini dipaksa untuk berkenalan dunia virtual yang dipenuhi dengan keajaiban elektronik, maka mereka bakal kebingungan dalam menyikapi hal-hal natural yang terjadi di dunia nyata,” jelas Dr. House.
Dr. House menegaskan bahwa otak anak-anak masih dalam tahap awal perkembangan, dan hendaknya hal tersebut jangan dirusak oleh pengenalan dunia baru yang terlalu rumit.
Dia melihat saat ini telah terjadi arogansi teknologi modern secara kejam, dan komersialisme tidak mengenal batas. “Atas dasar apa saya berpendapat seperti ini, memberikan iPad untuk balita sama saja dengan pelecehan anak,” tegasnya.
Pendapat Dr. House ini mungkin masih menjadi debatable bagi sebagian orang, terutama yang sangat memuja kemajuan teknologi. Namun harap diketahui juga, bahwa Dr. House bukan satu-satunya orang yang berbicara tentang efek buruk tablet pada anak.
Sebelumnya, anggota Asosiasi Guru dan Dosen Inggris juga telah menyatakan bahwa kecanduan iPad dan iPhone berdampak buruk pada perkembangan anak.
Menurut mereka, anak-anak berusia antara 3 hingga 4 zaman sekarang tidak mengalami kesulitan cara menggesekkan layar (ponsel dan tablet). Tetapi anak-anak itu menghadapi kesulitan saat berada di dunia nyata, karena tangan atau jari mereka tak lagi memiliki ketangkasan untuk menulis atau mengerjakan sesuatu.
Dampak paling nyata yang sering kita lihat adalah, anak-anak sekarang menjadi apatis dengan lingkungan sekitarnya, saat asyik dengan gadgetnya. Dan anak-anak menjadi terbiasa mengerjakan sesuatu serba instant, karena merasa semua bisa didapatinya dari perangkat tablet atau smartphone-nya.
Memang para orang tua tidak lantas disalahkan sepenuhnya, karena memberikan anak-anaknya sebuah iPad atau iPhone. Namun diharapkan orang tua juga “mengenalkan dunia luar” kepada anak-anaknya untuk mengembalikan “tatanan alam” pada perkembangan psikologis anak. [HBS]