Telset.id, Jakarta – Produser kondang, Philip Bloom menyeret Google masuk ke dalam kumparan masalah. Ia menuding Google telah melanggar hak cipta dengan menggunakan film-film bikinannya untuk membuat presentasi provokatif tentang cara memanfaatkan data pengguna pada masa depan.
The Verge mengabarkan, jumlah film karya Bloom yang dipakai untuk presentasi Google mencapai lusinan. Film-film itu memang tak diambil utuh, melainkan hanya cuplikan. namun, tetap saja hal tersebut melanggar hak cipta orang lain.
Google pun mencoba melakukan klarifikasi. Google mengklaim, cuplikan film-film karya Bloom hanya disiarkan kepada segelintir orang, bukan publik secara luas. Google menyebut, presentasi itu dibuat pada 2016 oleh kepala desain divisi penelitian dan pengembangan Google.
Google juga mengaku telah menegur pihak terkait, dan bahkan Google sudah mengingatkan kepada seluruh jajaran untuk tidak melanggar hak cipta orang lain. Namun, Google tetap tak merasa harus membayar royalti telah apa yang telah dilakukan.
“Rekaman saya disebarkan secara online oleh dua perusahaan. Sumbernya dari Google. Tapi, Google sudah menyatakan tidak akan memberi saya kompensasi. Padahal, saya selalu melisensikan semua karya kepada instansi berwenang,” papar Bloom.
Menurut Bloom, apa yang telah dilakukan oleh Google tidak konsisten dengan aturan perusahaan. Melalui platform YouTube, Google selalu menerapkan aturan ketat mengenai pelanggaran hak cipta. Bloom pun mengatakan bahwa Google menerapkan standar ganda.
Baca juga: Monopoli Iklan di Eropa, Google Didenda Rp 35 Triliun
“Google telah menggunakan 73 detik rekaman saya dari tujuh video berbeda tanpa izin. Seharusnya mereka tahu telah berbuat salah. Namun, mereka tetap tak mau memberi kompensasi atas perbuatan yang sudah dilakukan,” tandas Bloom.
Bloom lahir di Inggris, 20 Mei 1971. Ia sudah lama berkecimpung dalam dunia film, khususnya yang berbasis kamera DSLR. Satu film karyanya, Koh Yao Noi, berhasil memenangkan kategori Best Travel/Landscape Film di NYC Drone Film Festival. [BA/HBS]
Sumber: The Verge