Telset.id, Jakarta – Perusahaan induk TikTok yang berbasis di Beijing dilaporkan sedang melakukan lobi ke pemerintah AS tentang kemungkinan kesepakatan untuk menghindari penjualan operasional.
ByteDance dan pejabat tinggi AS sedang merundingkan kemungkinan pengaturan untuk mempertahankan beberapa kepemilikan saham di TikTok sambil tetap memenuhi permintaan AS.
{Baca juga: Investor ByteDance Coba Mainkan Saham Demi TikTok}
Diskusi yang dilaporkan telah berlangsung selama berbulan-bulan tergolong mendesak karena Presiden Donald Trump telah menetapkan batas waktu yang ketat untuk penjualan TikTok.
Trump bulan lalu mengeluarkan perintah eksekutif yang mengharuskan ByteDance menjual TikTok ke “perusahaan yang sangat AS”. Kalau tidak, aplikasi tersebut akan dilarang di negara adidaya.
Meskipun penjualan penuh masih merupakan pilihan, ByteDance kabarnya sedang menjajaki penjualan secara parsial yang “kemungkinan akan melibatkan semacam restrukturisasi TikTok.”
Seperti dikutip Telset.id dari New York Post, Kamis (10/9/2020), penjualan TikTok telah muncul selama berminggu-minggu sejak CEO Kevin Mayer berhenti dari jabatan. Batas waktu mulai habis.
Walmart sebelumnya telah mengonfirmasi minat untuk mengakuisisi operasional TikTok di AS bersama Microsoft. Namun, negosiasi terhenti setelah pemerintah China melakukan manuver.
{Baca juga: Trump Perintahkan ByteDance Jual Semua Aset TikTok di AS}
Bulan lalu, Beijing memperkenalkan pembatasan ekspor teknologi kecerdasan buatan, yang tampaknya termasuk jenis yang digunakan TikTok untuk memilih video mana yang akan dikoleksi.
Sebelumnya, ByteDance kabarnya sedang berpacu dengan waktu sehingga memutuskan untuk melakukan persiapan rencana kontinjensi guna menghadapi kemungkinan larangan TikTok.
ByteDance harus segera mendapatkan pembeli untuk operasional TikTok di Amerika Serikat (AS) sebelum 15 September 2020. Kalau sampai tidak mendapatkan investor, TikTok bakal dilarang.
Microsoft saat ini menjadi favorit untuk mengakuisisi operasional TikTok di AS. Namun demikian, dalam proses pembicaraan yang panjang, selalu ada kemungkinan perusahaan tersebut gagal.
Menurut laporan Reuters yang dikutip Telset.id, ByteDance tidak berani mengambil risiko dan sekarang dilaporkan sedang menyusun rencana darurat.
{Baca juga: ByteDance Siapkan Rencana Hadapi Larangan TikTok}
Rencana kontijensi datang dalam bentuk memo. ByteDance meminta kepada insinyur TikTok untuk menyusun rencana tentang cara menutup aplikasi di AS benar-benar memberlakukan larangan.
ByteDance juga meminta kepada karyawan dan vendor TikTok di AS supaya diberi kompensasi jika terjadi penutupan operasional. Kabarnya, kini sudah berlaku pembekuan perekrutan karyawan. [SN/HBS]