Telset.id – Menteri Komunikasi dan Informatika Meutya Hafid mengumumkan percepatan konektivitas rumah tangga dan akses konten pendidikan digital sebagai langkah strategis meningkatkan kualitas sumber daya manusia sejak usia anak. Kebijakan ini bertujuan menciptakan kemampuan digital yang setara di seluruh Indonesia.
Dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Selasa, Meutya menegaskan komitmen pemerintah menjadikan konektivitas dan konten digital pendidikan sebagai bagian dari upaya nasional peningkatan SDM. “Dengan semangat arahan Bapak Presiden, Kemkominfo menjadikan konektivitas dan konten digital pendidikan sebagai bagian dari upaya nasional meningkatkan SDM sejak usia anak,” ucap Meutya.
Menteri yang hadir dalam Rocket Week 2025 oleh MyRepublic, Jumat (21/11) menekankan pentingnya internet yang aman, stabil, dan merata agar transformasi pembelajaran digital berjalan efektif. Kebijakan ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Pelindungan Anak atau PP TUNAS yang mengamanatkan ruang digital ramah anak.
Target Infrastruktur Digital Pendidikan
Dalam paparannya, Menteri Meutya menyebut target percepatan jaringan tetap berbasis fiber to the home (FTTH) dan fixed wireless access (FWA) sebagai fondasi utama pembelajaran digital. “Jadi FTTH dan FWA tahun depan kita targetkan 30 persen rumah memiliki koneksi tetap. Ini menjadi penting karena memang untuk pendidikan dan UMKM kita memerlukan koneksi yang lebih secure dan lebih stabil,” jelasnya.
Agenda digitalisasi pendidikan ini juga selaras dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang menempatkan digitalisasi pendidikan sebagai fondasi peningkatan kompetensi generasi muda. Perluasan layanan diarahkan khususnya ke kelompok masyarakat menengah ke bawah yang mencapai 34,5 juta rumah tangga serta 2,8 juta rumah tangga di segmen low-income dengan pengeluaran telekomunikasi Rp17.000 sampai Rp180.000 per bulan.
Baca Juga:
Meutya menyoroti bahwa kelompok masyarakat ini memiliki kebutuhan internet tinggi namun terbatas daya beli. Ia mendorong penyedia layanan internet menawarkan paket internet yang terjangkau agar setiap rumah bisa terhubung jaringan internet tanpa perlu membayar mahal. “Jadi kalau kita murahkan, dapat skala yang besar, mudah-mudahan tidak hanya baik untuk masyarakat, tapi buat industri juga ini masuk akal,” kata Meutya.
Upaya pemerintah dalam mempercepat digitalisasi pendidikan ini sejalan dengan inisiatif berbagai pihak, termasuk peluncuran fitur pendidikan terbaru Canva untuk guru dan siswa di Indonesia yang turut mendukung transformasi pembelajaran digital.
Dukungan Implementasi PP TUNAS
Menteri Meutya juga memberikan apresiasi terhadap program CSR Roketin Generasi Tunas Digital dalam upaya mendukung literasi digital pelajar. Program ini mendorong implementasi PP TUNAS di tingkat keluarga dan sekolah, menciptakan ekosistem digital yang aman dan produktif bagi generasi muda.
Kebijakan percepatan konektivitas digital untuk pendidikan ini muncul di tengah berbagai perkembangan sektor teknologi pendidikan, termasuk kasus Nadiem sebagai tersangka korupsi Chromebook yang sempat mencoreng dunia pendidikan digital. Pemerintah menegaskan komitmennya melanjutkan program digitalisasi meski terdapat hambatan tertentu.
Kasus korupsi laptop Chromebook yang menyebabkan kerugian negara Rp1,98 triliun menjadi pembelajaran penting dalam memperkuat transparansi dan akuntabilitas program digitalisasi pendidikan. Pemerintah berkomitmen memastikan setiap kebijakan digitalisasi pendidikan berjalan dengan prinsip good governance.
Implementasi kebijakan ini diharapkan dapat menciptakan fondasi kuat untuk transformasi digital pendidikan Indonesia, menyiapkan generasi muda yang kompeten dan siap menghadapi tantangan era digital. Target 30 persen rumah dengan koneksi tetap tahun depan menjadi langkah konkret menuju pemerataan akses digital pendidikan di seluruh Indonesia.

