Parah, Trump Retweet Video Hoaks Pidato Joe Biden

Telset.id, Jakarta  – Untuk kali pertama, Twitter menggunakan label “media yang dimanipulasi” di video pidato Joe Biden, kandidat presiden dari Partai Demokrat. Parahnya, Presiden Donald Trump mencuitnya ulang atau retweet.

Video klip yang diposting pada Sabtu (7/3/2020) oleh direktur media sosial Gedung Putih, Dan Scavino, menunjukkan pidato pidato Joe Biden di Kansas City, Missouri. Ia mengucapkan, “Maaf, kami hanya bisa memilih kembali Donald Trump”.

{Baca juga: Di-Retweet Donald Trump, Akun Ini Langsung Diblokir Twitter}

Padahal, pidato lengkap Biden tidak demikian. Dikutip Telset.id dari Reuters, Senin (9/3/2020), video klip itu telah dimanipulasi sehingga Biden seolah-olah mengajak publik untuk memilih kembali Donald Trump sebagai presiden.

Twitter menerapkan kebijakan baru yang melabeli cuitan dengan “media yang dimanipulasi” seperti deepfake atau video yang diedit secara manual per 5 Maret 2020. Namun, label baru Twitter tidak muncul untuk semua pengguna.

Gedung Putih tidak menanggapi permintaan untuk memberikan komentar. Yang jelas, perusahaan media sosial berada di bawah tekanan gara-gara informasi menyesatkan atau informasi salah menjelang pemilihan presiden AS.

Bahkan, iklan Spotify akan bersih dari segala hal berbau politik demi menjaga pengguna dari konten terkait pemilihan presiden AS. Kebijakan tersebut akan berlaku secara menyeluruh, termasuk ke Spotify podcast asli maupun eksklusif.

Layanan streaming musik berbayar paling populer di dunia itu punya hampir punya 141 juta pengguna. Spotify tak ingin para pengguna terprovokasi oleh iklan terkait pemilihan presiden AS, yang bakal berlangsung November 2020.

{Baca juga: Trump Minta Google dan Twitter Untuk Hati-hati, Kenapa?}

“Kami belum perlu memiliki sistem dan alat untuk memvalidasi konten politik terkait pemilihan,” kata juru bicara Spotify. Terpisah, Eric Wilson, ahli strategi digital Republik, menyebut bahwa Spotify bukan platform periklanan online.

Sebelumnya, keputusan Twitter untuk meniadakan iklan politik akan memiliki sedikit efek pada kampanye Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Sebab, Donald Trump merupakan kandidat yang menghabiskan paling banyak dana untuk iklan digital.

Menurut seorang anggota tim kampanye, Trump telah mengalokasikan dana dalam jumlah besar untuk pemilihan presiden 2020.

“Saya tidak pernah suka ketika saluran (sarana) dimatikan karena menghilangkan peluang,” kata pejabat senior itu kepada wartawan.

{Baca juga: Pikun, Penasihat Siber Donald Trump 10 Kali Lupa Password iPhone}

Meski demikian, ia mengemukakan bahwa Trump sama sekali tidak masalah mengetahui fakta bahwa Twitter memutuskan untuk tak mengakomodasi iklan politik di platform mereka.

“Tidak berdampak signifikan,” ujarnya.

{Baca juga: Dilarang Ngiklan di Twitter, Donald Trump: No Problem}

Trump telah menghabiskan lebih dari USD 6.000 atau sekitar Rp 84 juta guna mempromosikan akun Twitter resmi @TeamTrump. Akan tetapi, catatan Twitter menunjukkan, tidak ada pengeluaran apapun untuk mempromosikan cuitan akun Trump @realDonaldTrump.

Seperti diketahui, Trump secara produktif menyampaikan berbagai informasi melalui akun @realDonaldTrump. Akun itu mempunyai lebih dari 66 juta pengikut. Trump bersama tim pemenangannya juga beriklan di media sosial lain, yakni Facebook. [SN/HBS]

 

 

SourceReuters

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI