Pameran Seni di China Eksplorasi Dampak Teknologi Pengenalan Wajah

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta  – Sebuah pameran seni yang mengeksplorasi dampak teknologi pengenalan wajah dihelat di China. Pameran ini menawarkan sebuah ruang publik nan langka untuk merefleksikan tentang pengawasan yang semakin luas oleh perusahaan dan pemerintah.

Diselenggarakan bersama oleh kota daratan selatan Shenzhen dan Hong Kong, Bi-City Biennale berisi tentang Urbanisme dan Arsitektur dengan menampilkan lebih dari 60 instalasi karya seniman China maupun asing. Mereka mengeksplorasi hilangnya anonimitas gara-gara teknologi.

Pameran bertajuk “Eyes of the City” tersebut diadakan di stasiun Futian Shenzhen, perhentian daratan pertama di jalur kereta berkecepatan tinggi yang dibuka pada 2018 di tengah kekhawatiran di Hong Kong tentang integrasi yang semakin dalam dengan daratan China.

“Secara tradisional, stasiun menjadi tempat anonimitas. Isu ini merupakan satu hal yang ingin kami diskusikan,” kata kepala kurator pameran, seorang profesor dari Institut Teknologi Massachusetts, Carlo Ratti, seperti dikutip Telset.id dari New York Post, Kamis (26/12/2019).

{Baca juga: Google Bayar Tunawisma untuk Latih Sistem Pengenalan Wajah Pixel}

Pameran Bi-City Biennale berlangsung di tengah situasi sensitif di China. Protes terhadap pengaruh China telah mengguncang bekas koloni Inggris, Hong Kong, selama berbulan-bulan. Penyebaran teknologi pengenalan wajah secara cepat memicu perdebatan tentang privasi.

The New York Times melaporkan bahwa pada November 2019, sebuah pusat seni di Beijing membatalkan pertunjukan lukisan anti-perang oleh seniman China-Amerika Serikat, Hung Liu, tanpa alasan yang jelas. Alasan diyakini berkaitan erat dengan peristiwa Hong Kong.

Ditanya apakah terkejut pameran telah diizinkan untuk dibuka mengingat kerusuhan di Hong Kong, Ratti mengaku menemukan keterbukaan untuk diskusi di Shenzhen. “Ini adalah masalah global. Cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan membukanya ke publik,” ujarnya.

{Baca juga: Warga China Wajib Pindai Wajah Saat Beli Paket Data}

Bicara soal teknologi pengenalan wajah, sebelumnya China yang bertekad untuk selalu menghubungkan dunia nyata dengan dunia digital juga telah mengharuskan warganya untuk memindai wajah demi mendaftar paket data seluler.

Menurut Engadget, seperti dikutip Telset.id, ujuan aturan saat membeli paket data seluler tersebut untuk mengurangi penipuan berkedok anonim. [SN/IF]

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini


ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI