Telset.id, Jakarta – Walaupun Huawei dinilai sebagai ancaman bagi keamanan nasional Amerika Serikat (AS), tetapi perusahaan asal China itu tetap dibutuhkan oleh pemerintahan Donald Trump sebagai saksi untuk kasus Qualcomm.
Dilansir Telset.id dari phoneArena pada Senin (07/01/2019), AS meminta Huawei untuk memberikan kesaksian dalam persidangan antara Federal Trade Commission (FTC) atau Komisi Perdagangan Amerika Serikat dengan Qualcomm.
Persidangan non-juri selama sepuluh hari dimulai sejak hari Jumat kemarin (04/01/2019). Pihak FTC mencoba meyakinkan Hakim Lucy Koh, bahwa Qualcomm telah melakukan monopoli anti-persaingan dalam cara lisensi patennya.
{Baca juga: Pentagon Larang Militer AS Pakai Ponsel Huawei dan ZTE}
Baik Huawei dan Lenovo diminta bersaksi bahwa Qualcomm mengancam untuk berhenti menyediakan chip kepada mereka kecuali terus membayar biaya lisensi Qualcomm.
Dalam deposisi video yang diputar di pengadilan, Penasihat Umum Huawei, Nanfen Yu menjelaskan bahwa pada tahun 2013, Qualcomm “mengancam” Huawei dengan mengharuskan mereka untuk memperpanjang perjanjian lisensi dengan Qualcomm apabila ingin terus menerima chip CDMA.
{Baca juga: Produsen Smartphone Ramai-ramai Gugat Qualcomm}
Nanfen mengatakan bahwa perusahaan pembuat chip itu membuat Huawei harus menandatangani perjanjian lisensi dalam beberapa bentuk, karena mereka sama sekali tidak punya pilihan lain.
Qualcomm menanggapi pernyataan tersebut di pengadilan. Perusahaan tersebut menyatakan bahwa mereka tidak pernah menahan chip dari Huawei atau Lenovo, bahkan ketika keduanya menegosiasikan perjanjian baru untuk komponen yang akan digunakan dalam peralatan jaringan di kedua perusahaan.
{Baca juga: Pentagon “Haramkan” Karyawannya Pakai Smartwatch}
Hal yang sama juga dikatakan oleh Vice President of Intellectual Property, Ira Blumberg. Menurutnya, di masa lalu Qualcomm telah membalas perilaku pelanggan yang mencoba untuk menantang persyaratan hukumnya dengan menunda atau memotong pasokan chip.
“Kami tidak tahu apakah Qualcomm akan menindaklanjuti ancaman mereka untuk memotong pasokan, tetapi kami dapat mengambil risiko itu,” ucapnya.
Sidang berlangsung di San Jose, California, dan berlangsung hingga 28 Januari. Jika FTC menang, Qualcomm harus melakukan perubahan besar-besaran dengan cara melisensikan kekayaan intelektualnya. (NM/FHP)