Jakarta – Serangan-serangan yang menggunakan berbagai program berbahaya (malware), serangan phishing, dan spam tetap menjadi tiga serangan cyber yang paling sering dihadapi perusahaan.
Di saat yang sama, volume serangan berbahaya dan spam pada tahun ini meningkat cukup pesat dibanding tahun sebelumnya. Hal ini terungkap dari temuan yang dipublikasikan dalam survei Global Corporate IT Security Risks 2013 yang dilakukan oleh B2B International dan Kaspersky Lab.
Sekitar 66% responden menyatakan bahwa perusahaan mereka menjadi target serangan yang melibatkan virus, worm, spyware, dan berbagai macam program berbahaya lainnya. Tahun lalu, jumlah responden yang melaporkan serangan mencapai 58%.
Volume serangan spam juga meningkat dan dilaporkan oleh 61% responden, sementara tahun lalu jumlah laporan mencapai 55% atau naik 6%. Sebanyak 36% perusahaan menjadi sasaran serangan phishing, naik 1% dibanding tahun sebelumnya.
Meski mengalami kenaikan dengan jumlah kecil, phishing tetap berada di tiga teratas serangan paling dominan yang menyasar perusahaan.
Perusahaan-perusahaan yang berada di Amerika Selatan menjadi target yang paling sering diincar serangan berbahaya, dimana 72% responden dari wilayah ini menyatakan virus dan spyware adalah ancaman eksternal paling utama yang dihadapi.
Perusahaan-perusahaan Rusia juga menjadi yang paling banyak menjadi target serangan dengan 71% responden. Amerika Utara menjadi wilayah dengan serangan tertinggi ketiga dengan 70%, dan perusahaan asal Jepang berada sedikit di bawah dengan 47% responden.
Sementara itu, serangan spam paling sering diterima oleh perusahaan-perusahaan Amerika Utara dan Rusia dengan jumlah responden masing-masing mencapai 69% dan 67%. Sementara perusahaan di Timur Tengah dan Jepang yang mengalami serangan spam masing-masing berjumlah 55% dan 42%.
Global Corporate IT Security Risks juga menyebutkan perusahaan-perusahaan yang berada di Amerika Utara paling sering menjadi korban serangan phishing dibanding wilayah lain, yakni sebanyak dengan 51%.
Diposisi berikutnya perusahaan di wilayah Asia Pasifik dengan 46%. Sementara jumlah responden terendah untuk serangan phishing berada di Rusia, Jepang, dan Amerika Selatan dengan rata-rata mencapai 26%.
Serangan malware menjadi sumber utama dibalik terjadinya kebocoran data rahasia, dimana 22% perusahaan melaporkan mereka mengalami kebocoran data setelah mendapat serangan malware.
Seringkali, serangan malware menyasar perusahaan-perusahaan berskala kecil dan menengah (23%), sementara jumlah perusahaan besar yang menjadi target serangan malware hanya 17%.
Kebocoran data biasanya tidak disebabkan oleh serangan phishing. Hanya 5% perusahaan yang melaporkan kebocoran data setelah mengalami serangan phishing.
Namun, jumlah perusahaan besar yang kehilangan data karena serangan phishing sedikit lebih tinggi dibanding perusahaan kecil dan menengah dengan persentase masing-masing berjumlah 6% dan 5%.[HBS]