Bahaya! Kominfo Temukan 2.020 Hoaks Tentang Covid-19 di Medsos

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Terhitung sampai Oktober 2020, terdapat 2.020 berita hoaks terkait Covid-19 yang disebar di media sosial. Untungnya, diklaim Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, hampir semua berita palsu itu sudah dihapus.

Melalui konferensi pers virtual, ia menjelaskan bahwa Kominfo telah melakukan penelusuran berita hoaks terkait Covid-19 di Indonesia sejak Januari 2020 hingga Oktober 2020.

Kominfo menemukan setidaknya 2.020 unggahan berita hoaks terkait Covid-19, serta 1.197 topik terkait berita bohong Covid-19 yang ditemukan di medsos.

{Baca juga: 554 Isu Hoaks Covid-19 Beredar, Terbanyak di Facebook}

Semuel menyatakan, Kominfo telah menghapus 1.759 unggahan hoaks Covid-19 yang sudah tersebar di media sosial.

“Ada sekitar 2.020 unggahan hoaks yang beredar di medsos dan kategorinya ada 1.197 dari 2.020 unggahan hoaks ini Kominfo sudah di-take down sebanyak 1.759 hoaks,” kata Semuel.

Lebih lanjut, Semuel menyatakan bahwa hoaks yang beredar di media sosial terbagi menjadi 3 kategori yaitu disinformasi, malinformasi, dan misinformasi.

Disinformasi adalah hoaks yang sengaja dibuat untuk mengacaukan informasi resmi yang beredar. Hoaks jenis ini berisi informasi keliru sehingga dapat berbahaya bagi masyarakat.

“Disinformasi artinya sengaja dibuat untuk mendistruksi informasi yang beredar atau memberikan informasi yang salah dan akhirnya dapat berbahaya bagi masyarakat,” ujar Semuel.

Sedangkan malinformasi, bentuknya seperti informasi yang faktual atau benar-benar terjadi. Namun informasi jenis ini menargetkan kelompok masyarakat tertentu untuk tujuan tertentu.

“Kedua adalah malinformasi. Informasinya ada atau faktual tetapi menargetkan orang-orang tertentu dengan tujuan tertentu,” tutur Semuel.

Lalu misinformasi. Hoaks tersebut mengandung informasi yang tidak tepat, namun aktor yang membuat atau menyebarkan konten tersebut dinilai tidak ada kesengajaan.

“Ketiga adalah misinformasi. Informasinya tidak tepat tapi tidak ada unsur kesengajaan,” ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, Semuel menjelaskan strategi Kominfo untuk menangani peredaran hoaks Covid-19 yang dilakukan dari hulu hingga hilir.

Di bagian hulu, Kominfo memberikan pelatihan literasi digital kepada masyarakat. Tujuannya untuk membekali masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan literasi digital supaya bisa menyaring informasi yang beredar di internet khususnya media sosial.

{Baca juga: YouTube akan Hapus Video Hoaks Soal Vaksin Covid-19}

Sementara bagian hilir, Kominfo bermitra dengan aparat hukum dan kementerian lain untuk menindak tegas kepada pelaku penyebaran konten hoaks yang dinilai dapat membahayakan stabilitas sosial masyarakat.

“Ini perlu dilakukan pengedalian tetapi bukan membatasi kebebasan beekspresi atau pendapat. Karena di pandemi kita perlu meluruskan informasi yang salah agar tidak mengganggu keresahan umum,” tutup Semuel. (NM/MF)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini


ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI