Telset.id, Jakarta – Twitter kembali menghadapi gugatan hukum. Kali ini sebagai buntut kasus suap yang melibatkan karyawannya dan Putra Mahkota Arab Saudi setahun silam.
Untuk diketahui, pada Desember 2022 lalu, mantan karyawan Twitter Ahmad Abouammo dinyatakan bersalah karena menerima suap dari Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman. Ahmad menerima suap sebagai imbalan atas informasi akun sensitif para pembangkang yang menggunakan situs web tersebut.
Sekarang, seperti dilaporkan Engadget pada Kamis (18/5/2023), saudara perempuan Abdulrahman al-Sadhan, yang diduga diculik dan disiksa karena mengoperasikan akun Twitter yang mengkritik Arab Saudi, telah mengajukan gugatan kepada Twitter.
Ia menuduh platform berlogo burung biru itu melanggar hukum karena membiarkan karyawannya mengungkapkan identitas pengguna.
BACA JUGA:
- Elon Musk Mau Hapus Akun Twitter yang Lama Tidak Aktif
- Akun Centang Biru Bisa Jajal Pesan Terenkripsi Twitter
Areej al-Sadhan mengajukan pengaduan atas nama dia dan saudara laki-lakinya di bawah undang-undang Organisasi Pemerasan dan Korup (RICO). Kakaknya, Abdulrahman, dijatuhi hukuman 20 tahun penjara karena mendukung terorisme.
Dalam pengaduannya, Areej menuduh Twitter memberikan “informasi pengenal saudara laki-lakinya kepada pemerintah Arab Saudi, yang secara terang-terangan melanggar syarat dan ketentuannya.”
Areej menyebut, apa yang dilakukan Twitter ini secara tidak langsung menempatkan setiap pengguna dalam bahaya.
Pasalnya, pasca akun sang kakak terekspos, Arab Saudi menculik, menyiksa, memenjarakan, dan melalui pengadilan palsu, menghukum saudara laki-lakinya dengan hukuman 20 tahun penjara. Ini dilakukan hanya karena mengkritik represi Saudi di akun Twitter-nya.
Pemerintah Saudi juga disebut menolak kontak Abdulrahman dengan keluarganya, sehingga pihak keluarga tidak tahu apakah dia masih hidup atau tidak.
Abouammo dan mantan karyawan Twitter lainnya bernama Ali Alzabarah mengakses data rahasia pengguna Twitter sebanyak 30.892 kali pada tahun 2015, kata gugatan tersebut. Mereka kemudian diduga menyerahkan informasi identitas sekitar 6.000 akun pengguna Twitter Arab Saudi, termasuk nama, tanggal lahir, pengidentifikasi perangkat, nomor telepon, alamat IP, dan riwayat IP sesi yang terkait dengan akun pengguna.
Sementara Twitter kemungkinan akan membela diri dengan mengatakan bahwa pihaknya tidak menyetujui atau tidak mengetahui kegiatan spionase Saudi, gugatan tersebut juga menyatakan bahwa badan intelijen AS memperingatkan perusahaan tentang Alzabarah yang memberikan informasi pengguna kepada Arab Saudi pada akhir 2015. E
Enam bulan setelah peringatan, Jack Dorsey, yang merupakan CEO Twitter saat itu, bertemu dengan Mohammed bin Salman. Meskipun, sebagaimana diungkap dalam gugatan, mengetahui dengan baik aktivitas buruk dan berbagai kejahatan [Arab Saudi].
BACA JUGA:
- Twitter Beri Akses API Gratis ke Pemerintah dan Layanan Publik
- Twitter Beri Penjelasan Penyebab Bug Circle Tweet Twitter
Sebelumnya, The Washington Post mencatat bahwa Twitter menghadapi dua gugatan hukum lain terkait kegiatan mata-mata Saudi di situs webnya. Namun, satu diberhentikan setelah tak ditemukan hubungan antara kebocoran informasi tahun 2015 dan peretasan telepon penggugat tiga tahun kemudian, yang menyebabkan keluarga dan teman-temannya dipenjara.
Saudi juga bukan satu-satunya negara yang melakukan spionase di situs tersebut. Peiter Zatko, mantan kepala keamanan Twitter yang menjadi informan mengungkapkan tahun lalu bahwa perusahaan itu sebelumnya juga diperingatkan bahwa ada agen intelijen China dalam daftar karyawannya.mnya juga diperingatkan bahwa ada agen intelijen China dalam daftar karyawannya.