Serangan DDos Jadi Penyebab Layanan Microsoft Tumbang

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Di awal bulan ini, sebuah kelompok Anonymous Sudan telah melakukan pemadaman layanan yang mengganggu akses ke Outlook dan layanan lainnya, kini Microsoft mengonfirmasi ini adalah serangan DDoS.

Setelah sebelumnya hanya memberikan sedikit informasi mengenai masalah pemadaman layanan Microsoft, pada hari Jumat lalu perusahaan mengakui bahwa telah mengalami serangkaian serangan DDoS (Distributed Denial of Service).

Dalam sebuah postingan blog yang terlihat oleh Associated Press, Microsoft mengatakan serangan ini memengaruhi ketersediaan beberapa layanan dan dikatakan juga bahwa serangan itu dirancang menghasilkan publisitas bagi penjahat yang dijuluki Storm-1359, lapor The Verge.

BACA JUGA:

Meskipun mengalami penyerangan, Microsoft menegaskan bahwa perusahaan tidak mengalami bukti adanya data pelanggan diakses atau disusupi. Dalam pernyataan yang dibagikan Microsoft kepada Associated Press, perusahaan mengonfirmasi bahwa Anonymous Sudan bertanggung jawab atas masalah penyerangan ini.

Saat ini masih belum jelas berapa banyak pelanggan Microsoft yang terpengaruh oleh serangan DDoS ini, dan apakah ini akan memberikan dampak yang bersifat global. Perusahaan yakin Storm-1359 kemungkinan mengandalkan server privadi virtual dan infrastruktur cloud sewaan untuk menjalankan kejahatan siber tersebut.

Menurut Bleeping Computer, Anonymous Sudan mulai melakukan serangan siber sejak awal tahun 2023 ini. Saat itu, kelompok penjahat ini mengklaim menargetkan negara-negara yang ikut campur dalam politik sudan dan mempromosikan kebijakan anti-Muslim.

Namun, beberapa peniliti keamanan siber percaya bahwa kelompok penjahat ini sebenarnya adalah cabang dari Killnet yang berafiliasi dengan Kremlin, dan membawa bendera Sudan adalah hal yang palsu untuk menyesatkan orang awam.

BACA JUGA:

Kemungkinan hubungan ini menjadi lebih jelas pada hari Jumat ketika Anonymous Sudan menegaskan bahwa mereka sedang membentuk Parlemen Dark Net dengan Killnet dan Revil, yang merupakan kelompok pendukung Rusia lainnya.

Sebagai urutan pertama bisnis, aliansi tersebut menargetkan Swift, sistem antar bank internasional yang dihentikan oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa oleh Rusia sebagai tanggapan atas invasinya ke Ukraini pada awal tahun 2022.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini


ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI