Telset.id, Jakarta – Administrasi Presiden Donald Trump memberi ByteDance perpanjangan waktu 15 hari dari perintah divestasi penjualan aplikasi berbagi video pendek TikTok per 12 November 2020 lalu.
ByteDance memiliki waktu hingga 27 November 2020 untuk mencapai kesepakatan TikTok. Di bawah tekanan pemerintah AS, ByteDance melakukan pembicaraan kesepakatan dengan Walmart dan Oracle.
{Baca juga: Masih Beroperasi, Pemerintah AS Tunda Larangan TikTok}
Departemen Keuangan AS mengatakan, Komite Investasi Asing (CFIUS) memberi perpanjangan waktu 15 hari untuk memberi para pihak kesempatan guna menyelesaikan kasus sesuai dengan perintah.
ByteDance mengatakan bahwa CFIUS berupaya untuk memaksa divestasi TikTok, bisnis bernilai miliaran dolar AS yang dibangun di atas teknologi yang dikembangkan berdasarkan tinjauan pemerintah.
Dikutip Telset dari Reuters, Senin (16/11/2020), Trump dalam perintah 14 Agustus 2020 telah mengarahkan ByteDance untuk mendivestasikan aplikasi TikTok dalam waktu 90 hari atau sampai 12 November 2020.
Administrasi Trump berpendapat, TikTok menimbulkan masalah keamanan nasional. Data pribadi pengguna AS bisa disadap pemerintah China. TikTok, yang punya lebih dari 100 juta pengguna di AS, membantahnya.
{Baca juga: ByteDance Jual TikTok, Tapi Tidak Termasuk Kode Sumber}
Satu masalah besar yang terus berlanjut adalah tentang struktur kepemilikan perusahaan baru, TikTok Global, yang akan memiliki aset TikTok di AS. ByteDance masih tarik ulur dengan Walmart dan Oracle.
Sebelumnya dikabarkan Departemen Perdagangan tidak akan memaksakan perintah Presiden Donald Trump supaya TikTok secara resmi tidak beroperasi di AS.
Mengutip keputusan awal hakim di Philadelphia pada Oktober 2020 lalu, Departemen Perdagangan AS mengungkapkan bahwa sekelompok influencer TikTok berkumpul dan mengajukan gugatan atas rencana perintah larangan Trump.
Sebelumnya, ByteDance disebutkan akan menggandeng Oracle sebagai mitra TikTok. Tetapi dalam kemitraan itu tidak termasuk kode sumber TikTok. Informasi tersebut disampaikan oleh media lokal South China Morning Post.
Satu alasan kenapa perusahaan mengakuisisi perusahaan lain adalah teknologinya. Namun, tampaknya, siapa pun yang membeli TikTok mungkin benar-benar tidak akan mendapatkan keuntungan.[SN/HBS]