Telset.id, Jakarta – Ericsson merilis Ericsson Mobility Report edisi terbaru. Hasilnya pengembangan jaringan 5G akan semakin massif dan sekitar 220 juta orang diprediksi akan berlangganan jaringan 5G hingga akhir 2020 ini.
Ericsson Mobility Report menjelaskan bahwa laju pengimplementasian teknologi 5G dalam hal langganan dan cakupan populasi diketahui menjadi yang tercepat dibandingkan jaringan atau teknologi generasi-generasi sebelumnya.
Melalui keterangan resmi yang diterima pada Selasa (08/12020) hingga akhir tahun ini diperkirakan terdapat 220 juta pelanggan 5G. Selain itu ada lebih dari 1 miliar orang atau 15 persen dari penduduk dunia akan tinggal di wilayah dengan cakupan 5G.
Kemudian pada tahun 2026 diprediksi 60 persen penduduk dunia akan memiliki akses ke layanan 5G, dengan pelanggan 5G diperkirakan mencapai 3,5 miliar atau menyumbang lebih dari 50 persen lalu lintas data seluler pada saat itu.
{Baca juga: Bersama Huawei & Ericsson, Indosat Rilis Model Operasi Terbaru}
Di Asia Tenggara dan Oseania, 5G diperkirakan menjadi teknologi terpopuler kedua setelah 4G LTE pada 2026, dengan jumlah pelanggan lebih dari 380 juta dan menyumbang 32 persen dari jumlah semua pelanggan seluler.
“Di Asia Tenggara dan Oseania, lalu lintas data seluler diperkirakan mencapai 32 exabyte per bulan pada 2026 atau setara dengan 33 GB per bulan per smartphone,” jelas Head of Ericsson Indonesia Jerry Soper.
“Pertumbuhan konsumsi data seluler telah dikonversikan ke dalam paket data yang lebih beragam dan besar dari operator seluler di berbagai belahan dunia,” sambungnya.
Ericsson juga menyoroti mengapa keberhasilan 5G yang mampu memberikan pendapatan tinggi bagi penyedia layanan telekomunikasi.
Menurut laporan Harnessing the 5G Consumer Potential pasar konsumen 5G dapat bernilai USD 31 triliun atau Rp438.268 triliun pada 2030 secara global, dan penyedia layanan komunikasi dapat menghasilkan USD 3,7 triliun atau Rp52.309 triliun.
Di Asia Tenggara, India, dan Oseania, laporan tersebut memperkirakan bahwa penyedia layanan komunikasi dapat meraih pendapatan senilai USD 297 miliar atau Rp4.1 triliun dari konsumen 5G pada 2030.
Diprediksi 79% dari pendapatan penyedia layanan digital 5G akan didorong oleh video dan musik HiFi, yang ditingkatkan. Layanan digital 5G, termasuk video, musik, gaming, augmented/virtual reality, dan layanan IoT konsumen.
5G Dorong Peningkatan Layanan Digital Indonesia
Soper juga memprediksi implementasi 5G di Indonesia. Menurutnya jaringan generasi kelima itu dapat meningkatkan layanan digital yang telah ada seperti layanan video streaming, mobile game, smartphone dan lain sebagainya.
“Di Indonesia, 5G akan berperan penting dalam mengelola lalu lintas data efisien bagi penyedia layanan serta memungkinkan mereka untuk meningkatkan layanan digital yang telah ada,” kata Soper.
Sementara itu, studi potensi Bisnis 5G di Indonesia menggambarkan transformasi berbasis ICT skala besar yang dihadapi oleh semua industri memungkinkan pendapatan digitalisasi sebesar USD 44,2 miliar atau Rp624 triliun pada tahun 2030.
{Baca juga: Ini Tantangan Penerapan Jaringan 5G di Indonesia}
“Penerapan 5G di Indonesia akan memainkan peran penting dalam menciptakan pendapatan bagi penyedia layanan melalui konsumen dan perusahaan, serta mendukung agenda transformasi digital pemerintah,” tutur Soper.
“Di Ericsson, kami berkomitmen untuk terus mengembangkan ekosistem teknologi seluler Indonesia melalui solusi 5G terdepan milik kami. Meski begitu, seluruh manfaat 5G bisa didapat dengan adanya ketersediaan spektrum serta ekosistem yang solid,” sambungnya.
Paruh kedua tahun ini juga telah dilakukan sejumlah peluncuran 5G Ericsson secara komersial di Asia Tenggara dan Oseania dengan jaringan langsung kini hadir di Australia, Selandia Baru, dan Thailand.
Lelang spektrum yang direncanakan berlangsung pada 2021 di negara, seperti Malaysia, akan menambah deretan pengimplementasian 5G di tahun depan.
{Baca juga: Spesifikasi dan Harga HP Terbaru 2020}
Jaringan 5G sendiri diprediksi tidak lama lagi akan hadir di Indonesia. Pasalnya Kementerian Kominfo membuka lelang pita frekuensi 2,3 GHz pada rentang 2360 – 2390 MHz untuk jaringan 5G.
Dengan potensi ekonomi yang diprediksi Ericsson, jaringan 5G tidak hanya dapat mendongkrak pendapatan perusahaan layanan telekomunikasi saja tetapi dapat diharapkan dapat mendorong perkembangan ekonomi digital di Indonesia. [NM/HBS]