Telset.id, Jakarta – Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) mencatat bahwa terjadi peningkatan penyebaran konten hoaks Covid-19 selama pandemi di tahun 2020. Selain itu, isu sosial politik lainnya juga mengalami peningkatan.
Menurut Ketua Presidium Mafindo, Septiaji Eko Nugroho penyebaran hoaks cenderung meningkat sejak tahun 2018 hingga 2020. Hal ini membuktikan kalau pertarungan konten hoaks dan fakta masih terjadi di Indonesia.
“Indonesia masih jadi pertarungan antara fakta dan hoaks,” kata Septiaji, dalam konferensi pers virtual pada Kamis (19/11/2020).
Mafindo menemukan sekitar 997 konten hoaks yang tersebar selama 2018. Jika dirata-rata maka sekitar 83 konten hoaks tersebar setiap bulannya.
{Baca juga: Bahaya! Kominfo Temukan 2.020 Hoaks Tentang Covid-19 di Medsos}
Kemudian di tahun 2019 jumlah hoaks yang ditemukan cenderung meningkat. Septiaji menganalisa peningkatan jumlah hoaks tidak terlepas dari konteks politik saat itu dimana tahun 2019 terjadi pemilihan umum di Indonesia.
Tercatat ada 1.221 hoaks yang ditemukan atau rata-rata sekitar 101 hoaks setiap bulannya. Walaupun hoaks yang tersebar cukup banyak, namun pemerintah dinilai dapat menangani hoaks dengan baik karena pada akhirnya pemilu 2019 bisa berjalan lancar.
“Kalo 2019 itu isu politik dan kita cukup berhasil mempertahankan legitimasi,” jelas Septiaji.
Selanjutnya di tahun 2020 atau pandemi Covid-19 terjadi peningkatan hoaks konten hoaks Covid-19 yang signifikan. Berdasarkan pantauan Mafindo sejak 1 Januari 2020 hingga 16 November 2020 terdapat 2.024 hoaks yang beredar di internet.
Hoaks pada tahun 2020 berkaitan dengan pandemi Covid-19 dan juga Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 yang akan berlangsung pada Desember 2020 mendatang.
{Baca juga: Mafindo: Video Obat Covid-19 Anji dan Hadi Pranoto Menyesatkan}
“Sekitar lebih dari sepertiga itu mengenai pandemi dan sisanya adalah isu sosial dan politik,” tutur Septiaji.
Waspada Penyebaran Hoaks Pilkada 2020
Angka 2.024 hoaks di tahun 2020 bisa saja meningkat. Terlebih pada 9 Desember 2020 akan ada pilkada serentak dan diikuti oleh banyak provinsi, kabupaten dan kota di Indonesia.
Gelaran pilkada 2020 dikhawatirkan membuat penyebaran hoaks meningkat. Menanggapi hal tersebut, Septiaji meminta kepada masyarakat untuk waspada terhadap penyebaran hoaks pada Pilkada 2020.
“Hoaks pilkada termasuk dalam isu sosial dan politik dan hoaks pilkada mulai meningkat,” kata Septiaji.
Untuk itu masyarakat diminta tidak mudah percaya terhadap informasi yang beredar di internet maupun media sosial seperti Facebook, Twitter dan WhatsApp.
Septiaji menyarankan kepada masyarakat untuk mengecek informasi resmi mengenai Pilkada 2020 melalui situs resmi KPU dan Bawaslu. Sedangkan mengenai hoaks terkait Pilkada 2020 bisa melalui Mafindo dan Kementerian Kominfo.
{Baca juga: Twitter Berantas Akun Hoaks Terkait Pilpres AS 2020}
Khusus Mafindo, terdapat chatbot WhatsApp terbaru yakni bernama Kalimasada. Chatbot ini hadir untuk membantu pengguna WhatsApp melakukan cek fakta atas pesan-pesan yang beredar di aplikasi.
Kalimasada didukung oleh lebih dari 6 ribu artikel untuk mendukung pengecekan fakta konten di WhatsApp. Ribuan artikel tersebut berasal dari berbagai isu seperti isu politik, sosial dan juga ujaran kebencian. Nomor chatbot adalah 0859-2160-0500.
“Ada lebih dari 6 ribu artikel. Artikel itu ada dari isu politik, sosial dan ujaran kebencian. Jumlah atau komposisinya tergantung konteks dari isu yang beredar,” tutur Septiaji.
Sekedar informasi bahwa Pilkada 2020 akan digelar serentak tanggal 9 Desember 2020. Pilkada 2020 akan digelar di 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota di seluruh Indonesia.
Pilkada 2020 sendiri akan berbeda dengan pilkada sebelumnya karena digelar pada pandemi Covid-19.
Untuk itu Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan melaksanakan protokol kesehatan yang ketat semoga pilkada dapat berjalan lancar sekaligus tidak ada penyebaran Covid-19 saat pilkada berlangsung. [NM/HBS]