Bocoran: Johny Srouji, Arsitek Chip Apple, Pertimbangkan Mundur

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id – Gelombang kepergian eksekutif senior Apple tampaknya belum berakhir. Setelah sejumlah nama besar mengumumkan rencana pensiun atau pindah haluan, kini giliran salah satu pilar terpenting di balik kesuksesan hardware Apple yang dikabarkan ingin angkat kaki. Johny Srouji, sang maestro di balik chip Apple Silicon yang legendaris, dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk meninggalkan perusahaan yang telah dibangunnya selama hampir dua dekade. Jika benar terjadi, ini bukan sekadar pergantian posisi biasa, melainkan sebuah gempa yang berpotensi mengubah peta kekuatan teknologi global.

Bocoran terbaru dari Bloomberg, seperti dilansir Engadget, mengindikasikan bahwa Srouji—yang menjabat sebagai Senior Vice President of Hardware Technologies—telah menyampaikan kepada CEO Tim Cook bahwa ia “serius mempertimbangkan untuk pergi dalam waktu dekat.” Laporan itu tidak menyebutkan apakah Srouji sudah memiliki pekerjaan baru yang menunggu, namun sumber-sumber Bloomberg mengklaim bahwa jika ia benar-benar hengkang dari Apple, tujuannya adalah bergabung dengan perusahaan lain. Bayangkan, otak di balik prosesor yang membuat Mac, iPad, dan perangkat Apple lainnya begitu perkasa, justru mungkin akan membawa keahliannya ke tempat lain. Ini seperti mendengar kabar sang komposer genius sebuah orkestra simfoni ingin pindah ke band lain.

Kedatangan Srouji ke Apple pada 2008 adalah sebuah momen bersejarah. Tugasnya waktu itu jelas namun hampir mustahil: mengembangkan system-on-a-chip (SoC) pertama Apple yang dibuat sendiri. Hasilnya? Sebuah revolusi. Dari chip A-series di iPhone hingga M-series di Mac, Srouji dan timnya tidak hanya berhasil, tetapi juga memimpin transisi bersejarah Apple dari ketergantungan pada prosesor Intel menuju era Apple Silicon yang mandiri dan powerful. Kepergiannya, jika terjadi, akan meninggalkan lubang yang sangat dalam. Bukan hanya soal siapa yang akan menggantikan, tetapi lebih pada warisan strategis apa yang akan ia tinggalkan untuk masa depan inovasi hardware Apple.

Namun, Srouji bukanlah satu-satunya nama yang akan menghilang dari papan nama di Infinite Loop. Gelombang eksodus ini sudah dimulai. Awal bulan ini, Apple mengumumkan bahwa John Giannandrea, bos machine learning dan strategi AI perusahaan, akan pensiun pada musim semi 2026. Hanya berselang beberapa hari, kabar mengejutkan datang: Alan Dye, kepala desain interface Apple, dikabarkan akan hengkang ke Meta. Seolah belum cukup, Apple juga mengonfirmasi bahwa Kate Adams (Penasihat Umum sejak 2017) dan Lisa Jackson (Wakil Presiden untuk Lingkungan, Kebijakan, dan Inisiatif Sosial) akan mengundurkan diri di awal 2026. Dalam waktu relatif singkat, Apple kehilangan banyak pemain kunci di berbagai lini. Apa yang sebenarnya terjadi di dalam tembok paling rahasia di Silicon Valley itu?

Masa Depan Kepemimpinan Apple di Tengah Badai Perubahan

Gelombang kepergian ini terjadi di tengah spekulasi yang sama panasnya mengenai masa depan puncak kepemimpinan Apple sendiri. Di satu sisi, analis Bloomberg Mark Gurman melaporkan bahwa Tim Cook mungkin tidak bersiap untuk mengundurkan diri sebagai CEO tahun depan. Namun, laporan ini justru bertolak belakang dengan klaim Financial Times sebelumnya yang menyebut Apple mempercepat rencana suksesi untuk Cook dengan ekspektasi sang CEO akan turun tahta suatu waktu di tahun 2026. Situasinya menjadi semakin rumit dan penuh teka-teki. Apakah kepergian para eksekutif senior ini terkait dengan masa transisi kepemimpinan? Ataukah ini merupakan gejala dari dinamika internal yang lebih besar?

Pertanyaan yang lebih mendasar adalah: bagaimana Apple akan mempertahankan momentum inovasinya jika terus kehilangan otak-otak brilian yang telah membangun fondasinya? Johny Srouji bukanlah eksekutif yang mudah digantikan. Keahliannya dalam merancang chip yang efisien dan bertenaga adalah salah satu keunggulan kompetitif utama Apple. Tanpa dia, roadmap Apple Silicon untuk tahun-tahun mendatang bisa saja mengalami gangguan atau bahkan perubahan arah. Ingat, persaingan di dunia chip semakin sengit. Apple sendiri sedang berupaya menggeser Samsung sebagai raja smartphone global 2025, sebuah ambisi yang sangat bergantung pada keunggulan hardware.

Lalu, apa yang membuat seorang eksekutif papan atas seperti Srouji mempertimbangkan untuk pergi? Apakah ini soal tantangan baru, kompensasi, atau mungkin visi yang mulai berbeda? Dunia teknologi saat ini sedang demam AI, dan keahlian mendalam Srouji dalam hardware komputasi pastilah sangat diincar banyak perusahaan, mulai dari raksasa yang sudah mapan hingga startup yang sedang naik daun. Kepergiannya ke perusahaan lain, seperti yang diisyaratkan laporan, bisa menjadi pukulan telak sekaligus berkah bagi kompetitor. Bayangkan jika kejeniusannya digunakan untuk menyaingi Apple di arena yang sama.

Di sisi lain, Apple bukanlah perusahaan yang rapuh. Mereka memiliki kedalaman tim dan proses yang mapan. Namun, kehilangan begitu banyak pemain kunci dalam waktu berdekatan adalah ujian nyata bagi ketahanan budaya dan strategi perusahaan. Apple Park, markas besarnya yang futuristik, mungkin akan menyaksikan lebih banyak wajah baru di meja rapat eksekutif. Transisi ini harus dikelola dengan sangat hati-hati untuk memastikan bahwa magic Apple—ketelitian dalam desain, integrasi hardware-software yang mulus, dan inovasi yang terencana—tidak ikut memudar bersama kepergian para arsiteknya.

Masyarakat dan pasar mungkin juga bertanya-tanya: apakah era keemasan Apple di bawah Tim Cook perlahan akan memasuki babak akhir? Kepemimpinan Cook telah membawa Apple ke puncak valuasi pasar yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan diversifikasi bisnis yang luas. Namun, tekanan untuk terus berinovasi di tengah persaingan ketat dan perubahan regulasi global semakin besar. Kepergian para veteran yang memahami DNA Apple sejak lama menambah lapisan kompleksitas pada tantangan tersebut. Bagaimana Apple akan menavigasi semua ini sambil mempertahankan rahasia dagangnya yang ketat? Efisiensi biaya produksi, seperti yang pernah terungkap dalam pembuatan iPhone 6S, adalah salah satu keahlian yang dibangun selama bertahun-tahun.

Pada akhirnya, kabar tentang rencana kepergian Johny Srouji ini lebih dari sekadar gosip korporat. Ini adalah cerita tentang transisi, warisan, dan masa depan salah satu perusahaan paling berpengaruh di planet ini. Apakah Apple akan kehilangan sebagian “jiwanya”, atau justru ini adalah kesempatan untuk regenerasi dan pembaruan ide? Jawabannya belum kita ketahui. Yang pasti, dunia teknologi akan menyaksikan dengan penuh antusiasme. Setiap langkah yang diambil Apple berikutnya, setiap pengumuman produk baru, akan disoroti dengan pertanyaan: apakah ini masih karya Apple yang kita kenal, atau awal dari sebuah era yang sama sekali baru? Satu hal yang tak terbantahkan: kursi panas di ruang dewan Apple belum pernah sepanas ini sejak era pendiri Steve Jobs.

TINGGALKAN KOMENTAR
Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI