Telset.id, Jakarta – Hampir 1.000 ahli kebijakan di Korea Selatan disebut menjadi target dari para hacker yang berasal dari Korea Utara. Hal ini sebagaimana diungkap oleh pihak berwenang Korea Selatan.
Diantara orang-orang yang menjadi target dari para hacker Korea Utara itu adalah anggota pertahanan dan keamanan serta akademisi Korea Selatan. Peretasan diketahui sudah berlangsung sejak April 2022 lalu.
Setidaknya, ada sebanyak 892 ahli kebijakan luar negeri Korea Selatan yang telah menjadi target dari hacker Korea Utara, untuk diretas datanya
Serangan para hacker dimulai dengan email phishing tombak (phising terfokus ke satu target), yang sering kali diklaim berasal dari tokoh-tokoh dalam sistem politik Korea Selatan.
BACA JUGA:
- Waduh! Lokasi Pengguna WhatsApp dan Signal Bisa Dilacak Hacker
- Galaxy S22 Mudah Diretas, Hacker Hanya Butuh 55 Detik untuk Bobol
Email ini biasanya berisi tautan ke situs palsu atau lampiran dokumen yang berisi virus. Meskipun taktik ini sudah cukup lumrah ditemukan, tetapi masih tetap saja ada pihak yang menjadi korban.
Adapun hasil dari peretasan tersebut adalah hilangnya data pribadi beberapa pakar terkemuka, daftar email disusupi yang membuat para hacker bisa mengakses ke banyak orang, dan 13 perusahaan, terutama para pengecer online yang menjadi korban dari ransomware.
Meski begitu, polisi yakin bahwa hanya ada 49 penerima email dari peretas yang benar-benar menyerahkan kredensial ke situs palsu dan hanya dua perusahaan yang membayar uang tebusan sekitar ₩2,5 juta atau Rp30,8 juta.
Walaupun tidak jelas sumber daya non-finansial apa yang mungkin diperoleh para hacker Korea Utara dari kegiatan ini, namun bisa dipastikan ini bukan serang dunia maya terakhir ke Korea Selatan.
Sebelumnya, Korea Utara juga menargetkan peneliti keamanan untuk menemukan kerentanan yang belum disempurnakan. Bahkan mereka menggunakan tragedi Haloween di Itaewon sebagai alat untuk menargetkan warga Korea Selatan.
Peperangan di dunia maya telah menjadi fokus utama Korea Utara selama bertahun-tahun, bahkan ketika negara itu berupaya menghalangi militer asing dengan metode yang lebih tradisional, seperti membuat senjata nuklir.
Hal ini juga menjadi sumber pendapatan utama dari negara yang terus-menerus mengalami krisis keuangan dan sebagian besar terputus dari pasar dunia.
Diperkirakan, para peretas Korea Utara telah mencuri mata uang kripto senilai USD1,72 miliar atau sekitar Rp26,9 triliun sejak 2017 silam.
Dan tampaknya hal itu tidak membuat mereka takut karena mata uang kripto sedang jatuh baru-baru ini, dan uang tebusan yang baru-baru ini dibayarkan juga dalam bentuk BitCoin.
BACA JUGA:
- Gokil! Korea Utara Diduga Hasilkan Triliunan dari Peretasan
- Microsoft Buru Peretas Korut karena Curi Informasi Sensitif
Meskipun, para hacker telah menutupi jejak mereka dengan cukup baik, mulai dari target, taktik, dan juga alamat IT. Tetapi, pihak kepolisian percaya bahwa ini adalah kelompok peretas yang sama yang meretas Pembangkit Listrik Tenaga Air dan Nulkir Korea Selatan pada tahun 2014 silam.
Pihak berwenang juga percaya bahwa para peretas tidak berhenti melakukan aktivitasnya, hanya karena upaya mereka ditemukan.
Sementara itu, pihak berwenang juga mendesak para warga, terutama yang bekerja di bidang sensitif, seperti teknologi dan pemerintahan, untuk meningkatkan keamanan mereka dan juga meningkatkan kewaspadaannya. [FY/IF]