Jakarta – Meski sempat berjaya di era tahun 1970 hingga 1980-an, namun kini layanan telekomunikasi di Indonesia telah tertinggal jika dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan ASEAN.
Teknologi telekomunikasi Indonesia sebenarnya pada era 1970 hingga 1980-an berada di posisi pertama di kawasan ASEAN. Namun kini posisi Indonesia melorot jauh di bawah empat negara tetangga, yakni Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Menurut Ketua Umum Masyarakat Telekomunikasi Indonesia (Mastel), Setyanto P Santosa, pengembangan jaringan telekomunikasi kanal lebar berbasis kabel serat optik di Indonesia sebenarnya telah dicanangkan sejak 1996 melalui Program Nusantara 21. Namun, program itu terhenti sebelum masuk tahun 2000.
Akibat kebijakan yang tak konsisten itulah yang menyebabkan Indonesia kini tertinggal dalam layanan telekomunikasi di kawasan ASEAN, bahkan masih menghadapi masalah kesenjangan layanan telekomunikasi.
Dalam menggelar layanan telekomunikasi, kata Setyanto, Indonesia lebih banyak hanya mengandalkan jaringan nirkabel, yaitu sistem seluler dan satelit. “Padahal sistem seluler dan satelit kualitasnya lebih rendah dalam hal kecepatan penyampaian sinyal dibandingkan sambungan kabel serat optik,” jelasnya.
Dia menyebutkan, saat ini layanan telekomunikasi di Indonesia 95 persen berupa jaringan nirkabel dengan kualitas sambungan yang buruk. ”Dengan kualitas yang buruk itu, menyebabkan komunikasi suara buruk, apalagi data, gambar, dan video lebih buruk lagi,” tandas Setyanto.
Seharusnya, menurut dia, Indonesia mengikuti tren pengembangan telekomunikasi yang terjadi di dunia, dimana 60 persen layanan telekomunikasi di negara maju menggunakan kabel serat optik.
“Teknologi serat optik memiliki beberapa kelebihan, antara lain bebas gangguan, berkecepatan tinggi, dan berkapasitas tinggi,” ucap mantan Direktur Utama PT Telkom Indonesia itu.
Internet Indonesia Terburuk
Beberapa waktu lalu hasil laporan dari perusahaan internet content delivery Akamai menunjukan bahwa rata-rata kecepatan Internet di Indonesia paling rendah, jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang ada di Asia Pasifik.
Rata-rata kecepatan Internet di Indonesia hanya 0,8 Megabit per detik atau setara dengan 100 Kilobyte per detik. Meski pada kuartal ini kecepatan Internet di Indonesia di meningkat 7,2 persen dan meningkat 20 persen dari tahun lalu.
Pemilik kecepatan Internet tertinggi di wilayah Asia-Pasifik adalah Korea Selatan, dimana para pengguna Internet di negeri gingseng tersebut rata-rata menggunakan Internet dengan kecepatan 14,2 Megabit per detik atau setara dengan 1.817 Kilobyte per detik.
Sementara negara-negara tetangga Indonesia di kawasan ASEAN memiliki ranking yang lebih baik untuk masalah kecepatan Internet. Rata-rata pengguna di Singapura dan Malaysia dapat mengakses Intenet dengan kecepatan 5,1 Megabit per detik (652 kilobyte per detik) dan 2,2 Megabit per detik (281,6 kilobyte per detik).
Bahkan Indonesia oleh Akamai dinobatkan sebagai negara dengan kecepatan koneksi internet paling rendah di Asia Pasifik. Menurut Akamai, di Indonesia masih cukup banyak pengguna yang browsing dengan kecepatan internet sangat lambat.
Tercatat masih ada sebanyak 13,8 persen pengguna di Indonesia yang mendapat koneksi internet dengan kecepatan maksimal atau di bawah 256 kbps, sedikit di atas standar GSM EDGE (up to 237 kbps). Bandingkan dengan beberapa negara tetangga, seperti Singapura yang hanya tinggal 0,2 persen, Malaysia 1 persen, dan Vietnam 7,4 persen.
Ironisnya jumlah pengguna di Indonesia yang “beruntung” bisa menikmati akses internet broadband kecepatan tinggi jumlahnya tak sampai 1 persen dari total pengakses, tepatnya hanya 0,82 persen pengguna internet Indonesia yang dapat menikmati koneksi dengan kecepatan di atas 4 Mbps.[HBS]