Platform Metaverse akan Datang untuk Mengambil Alih Dunia

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta  – Saat ini, dunia masih berdamai dengan metaverse. Namun, banyak yang percaya bahwa metaverse adalah masa depan. Sama seperti ponsel, aplikasi metaverse akan mengambil alih dunia, terutama mengubah cara kita berkomunikasi.

Meski saat ini teknologinya belum matang, namun metaverse dipercaya sebagai masa depan. Diyakini, Metaverse akan mengubah gaya hidup manusia dalam berkomunikasi.

Banyak merek yang terlibat dalam pengembangan metaverse karena tidak ingin ketinggalan. Untuk alasan ini, sudah ada beberapa aplikasi metaverse di pasaran, meski secara teknologi belum sempurna.

Menurut laporan TrendForce baru-baru ini, pasar 5G berkembang dan akan mencapai nilai USD 14,5 miliar atau setara Rp 220 triliun pada tahun 2023. Juga, proyeksi mengungkapkan bahwa ukuran pasar akan berkembang menjadi USD 37 miliar pada tahun 2026 dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan sebesar 11,0%.

Laporan tersebut mengklaim bahwa alasan utama pertumbuhan yang kuat adalah aplikasi metaverse. Aplikasi ini meningkatkan permintaan jaringan 5G. Menurut laporan itu, aplikasi 5G akan berfungsi di berbagai area.

Penggunaan jaringan 5G saat ini memang masih didominasi di bidang teknologi, tetapi aplikasi 5G juga sudah mulai banyak digunakan di bidang manufaktur, energi, perawatan medis, mobil pintar, transportasi umum, dan bahkan consumer elektronik.

Laporan tersebut juga melakukan perincian keuangan berdasarkan output senilai USD 37 miliar pada tahun 2026. Dengan menggunakan nilai ini, industri manufaktur akan mencapai 32% dari keseluruhan nilai output aplikasi 5G.

Sementara aplikasi medis akan mencapai 15%, sedangkan mobil pintar dan transportasi umum akan mencapai 25% dari total output. Adapun elektronik konsumen akan mencapai 10% dari total output.

BACA JUGA:

Jalan Metaverse masih panjang

Aplikasi Metaverse

Menurut TrendForce, metaverse adalah layanan aplikasi yang sedang berkembang. Saat ini, sebagian besar merek dalam masih dalam tahap awal pengembangan.

Selain itu, teknologi seperti AR/VR (augmented reality/virtual reality) dan operasi penginderaan masih butuh waktu untuk berkembang. Juga, industri tidak tahu persis kebutuhan aplikasi metaverse, tetapi perkembangannya cepat.

Ada proyeksi bahwa dalam 2 hingga 3 tahun ke depan, pertumbuhan aplikasi metaverse akan meledak. Faktanya, metaverse bersiap untuk mengambil alih dunia. Kemajuan metaverse berfokus pada komunitas, game multi pemain, pendidikan, pelatihan simulasi, konstruksi, pertemuan virtual, dll.

Brand-brand telekomunikasi juga melihat peluang bisnis di metaverse. Saat ini, perusahaan telekomunikasi besar di seluruh dunia mulai melirik metaverse, seperti Nokia, Ericsson dan Huawei saat ini sudah berinvestasi di metaverse.

Karena 5G memiliki kaitan dengan metaverse, tidak mengherankan jika merek-merek ini berinvestasi. Huawei, Ericsson dan Nokia adalah pemain utama dalam pengembangan peralatan jaringan 5G. Jadi, metaverse akan berarti bisnis yang bagus untuk mereka.

Metaverse

Bahkan, Komisi Ekonomi dan Teknologi Informasi Kota Shanghai (SMCEIT) baru-baru ini merilis pemberitahuan tentang Rilis Skenario Aplikasi Utama Metaverse Shanghai 2022.

Pemberitahuan itu menunjukkan strategi dalam mengimplementasikan Rencana Aksi Kota Shanghai untuk Mengembangkan Jalur Baru Metaverse 2022-2025.

SMCEIT meluncurkan standar skenario aplikasi utama kota Metaverse. Standar itu mengungkap tentang daftar aplikasi utama yang segera perlu dimiliki.

Setelah permintaan publik, tinjauan pakar, dan klarifikasi kebutuhan, SMCEIT membentuk pusat seleksi operasi bisnis, pendidikan kelas, sampai wisata budaya.

Dari lampiran pemberitahuan, batch pertama dari skenario aplikasi utama Metaverse di Shanghai pada tahun 2022 mencakup tujuh kategori skenario, yakni kesehatan medis, kota digital, pendidikan, operasi bisnis, merek hiburan, pariwisata budaya, dan manufaktur cerdas.

BACA JUGA:

India Pasar 5G terbesar ketiga

India adalah salah satu pasar teknologi terbesar di dunia. Dalam hal ponsel, India adalah pasar terbesar kedua setelah China. Meskipun pasar terbesar di Negeri Bollywood itu bukan dari produk ponsel flagship.

Jika melihat pangsa pasar smartphone flagship yang kecil, adopsi jaringan 5G di India tergolong lambat. Kendati begitu, dalam beberapa bulan, adopsi 5G secara publik di India sudah berjalan dengan sangat baik.

Laporan terbaru Omdia menunjukkan bahwa resesi ekonomi global akan membawa masalah ke pasar telekomunikasi. Namun, permintaan akan layanan telekomunikasi akan tetap tinggi, dan hal ini akan membantu meredam dampak terhadap industri.

Pertumbuhan pendapatan layanan seluler global akan melambat menjadi 2,54% pada 2023 dari 3,78% pada 2021. Omdia mengatakan gelombang layanan 5G berikutnya akan datang dari pasar berpenghasilan rendah.

Omdia menyebutkan bahwa pengembangan jaringan 5G yang akan datang banyak berada di negara-negara berpenghasilan rendah di Afrika, Asia Tengah dan Selatan, serta Amerika Latin. Pada akhir tahun 2023, India akan menjadi pasar 5G terbesar ketiga di dunia dalam hal jumlah pengguna.

5G di Indonesia

Kecepatan Jaringan 5G Telkomsel KTT G20

Sejumlah ahli meyakini, hadirnya jaringan 5G membuat perkembangan teknologi dan perangkat IoT atau Internet of Things di Indonesia semakin cepat. Hal ini diungkapkan Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI), Teguh Prasetya dalam acara webinar Telset Techtival beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan, potensi ekosistem atau pasar IoT di Indonesia pada tahun 2022 mencapai USD 26 miliar atau Rp 372 triliun, yang terdiri dari peningkatan di beberapa sektor. Mulai dari sektor perangkat yang potensinya meningkat 13% menjadi USD 3,4 miliar atau Rp 48,6 triliun dan jaringan meningkat 9% menjadi USD 2,3 miliar atau Rp 32,8 triliun.

Berikutnya peningkatan juga terjadi di sektor platform sebesar 33% menjadi USD 8,6 miliar atau Rp 122,9 triliun dan aplikasi sebesar 45% yakni USD 11,7 miliar atau Rp 167,3 triliun.

“Di tahun 2022 pasar IoT akan meningkat dan aplikasi mengalami peningkatan yang tinggi hingga Rp 167,3 triliun dibandingkan sektor IoT lainnya,” ujar Teguh.

Teguh memprediksi, nantinya di tahun 2025 pasar IoT di Indonesia bisa mencapai USD 40 miliar atau Rp 572,7 triliun, dengan 678 juta perangkat yang sudah terhubung.

Indonesia disebut menjadi negara terbesar di Asia Tenggara dalam hal populasi dan Gross Merchandising Value (GMV) atau nilai total barang dagangan yang dijual secara online, sehingga memiliki ekonomi digital yang kuat.

Kemudian menurut beberapa penelitian, GMV ekonomi digital Indonesia adalah yang tertinggi di Asia Tenggara dengan USD 77 miliar atau Rp 1.198,5 triliun di tahun 2022 dan diproyeksikan menjadi USD 220 miliar sampai USD 360 miliar pada tahun 2030.

Metaverse Ambil Dunia

Platform Metaverse

Laporan tersebut juga mengklaim bahwa pasar telekomunikasi akan mengantarkan gelombang kerja sama lebih lanjut. Merek telekomunikasi kemungkinan besar akan menyatukan sumber daya mereka untuk mendapatkan hasil umum yang bermanfaat.

Dengan pertumbuhan pendapatan yang sederhana dan pengeluaran jaringan yang tinggi, banyak orang di industri percaya bahwa merger dan kesepakatan pembelian adalah suatu keharusan jika ingin sukses.

Pada saat yang sama, operator telekomunikasi akan memperketat fokus bisnisnya. Banyak operator akan mempertajam fokus bisnis mereka, yang dapat menyebabkan mereka melepaskan aset dan bisnis non-inti.

Beberapa operator telekomunukasi bahkan mungkin mempertimbangkan untuk menjual atau mendatangkan investor yang relevan untuk bersiap masuk ke dunia baru, dunia metaverse. [SN/HBS]

27 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini


ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI