Dibalik PHK Massal Perusahaan Teknologi, Ada Apa?

Telset.id, Jakarta – PHK massal pada 2022 melanda sederet perusahaan teknologi. Beberapa nama besar seperti Snap, Amazon, Twitter, bahkan Meta, tak luput dari kebijakan ini.

PHK massal yang terjadi di perusahaan teknologi pada 2022 ini diawali oleh Amazon. Semua terungkap dari postingan pegawai yang terkena pemecatan. Petinggi Amazon, Dave Limp, pun angkat suara.

“Fakta ini sangat menyakitkan saya. Kami akan kehilangan orang berbakat dari organisasi perangkat dan layanan Amazon,” terangnya ketika itu, seperti dilansir BBC.

Di seluruh industri teknologi global, di perusahaan seperti Twitter, Meta, Coinbase, dan Snap, para pekerja telah mengumumkan untuk segera mencari peluang baru.

Telset kutip dari BBC, di seluruh dunia, lebih dari 120 ribu pekerjaan telah hilang, menurut situs web Layoffs.fyi, yang melacak PHK korporasi teknologi.

BACA JUGA:

Sejumlah perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja karyawan karena alasan yang berbeda. Akan tetapi, dari semua PHK, muncul tema yang sangat umum.

Saat kehidupan kita beralih ke online selama pandemi, bisnis raksasa teknologi berkembang pesat, dan para eksekutif percaya masa-masa indah akan terus bergulir.

Meta, misalnya, merekrut lebih dari 15.000 orang dalam sembilan bulan pertama tahun ini. Saat ini, para eksekutif menyatakan bahwa perusahaan salah perhitungan.

“Saya membuat keputusan untuk meningkatkan investasi secara signifikan,” kata Mark Zuckerberg kepada karyawan Meta saat dia memberhentikan 13 persen staf.

“Sayangnya, keputusan tersebut tidak berjalan seperti yang saya harapkan.Walhasil, perusahaan mau tak mau harus melakukan perampingan organisasi,” imbuhnya.

Pergeseran pasar

Iklan online adalah sumber pendapatan utama bagi banyak perusahaan teknologi. Tapi, untuk bisnis periklanan, awan gelap telah “berkumpul” menjadi mendung gelap.

Perusahaan menghadapi tantangan yang kian besar terhadap praktik periklanan mengganggu. Apple mempersulit pelacakan aktivitas online dan menjual data ke pengiklan.

Lantaran ekonomi yang semakin sulit, banyak perusahaan harus memutuskan untuk memangkas anggaran iklan online dan hal ini berdampak cukup besar.

Di sektor teknologi keuangan, kenaikan suku bunga berpengaruh.  “Pendapatan mengecewakan bagi banyak perusahaan teknologi,” kata analis teknologi Paolo Pescatore.

Bahkan, Apple telah mengisyaratkan kehati-hatian. Kepala eksekutif Tim Cook mengatakan bahwa Apple masih mempekerjakan staf tetapi dengan pertimbangan matang.

Amazon mengaitkan pemutusan hubungan kerja dengan lingkungan ekonomi makro yang tidak biasa dan tidak pasti, yang memaksa untuk memprioritaskan hal terpenting.

“Sebagai bagian dari proses peninjauan perencanaan operasi tahunan, kami selalu melihat setiap bisnis dan apa yang diyakini harus diubah,” kata juru bicara Kelly Nantel.

“Seperti yang kami lalui, mengingat kondisi lingkungan makro-ekonomi, beberapa tim membuat penyesuaian. Kami tidak mengambil keputusan mudah,” tambah Nantel.

Pangkas biaya

Investor juga menumpuk tekanan untuk memangkas biaya, menuduh perusahaan membengkak dan lambat dalam merespons tanda-tanda perlambatan ekonomi global.

Dalam surat terbuka kepada Alphabet, perusahaan induk Google dan YouTube, investor aktivis Sir Christopher Hohn mendesak perusahaan untuk memangkas staf dan gaji.

Alphabet harus lebih disiplin terkait biaya. Perusahaan, ia menegaskan, harus memotong kerugian dari proyek-proyek seperti perusahaan mobil swakemudi, Waymo.

Elon Musk tentu berpandangan bahwa ada ruang untuk memotong biaya di investasi terbarunya, Twitter, yang telah berjuang untuk menghasilkan keuntungan baru.

Selain itu, banyak kritikus berpendapat bahwa Musk membayar lebih dari peluang untuk perusahaan tersebut dan ada tekanan untuk membuat investasinya berharga.

Orang paling kaya di dunia itu memberhentikan separuh karyawan perusahaan. Ia mempekerjakan karyawan yang benar-benar mempunyai  etos kerja  nan ekstrem.

Menurut laporan media AS, Musk memberi tahu staf mengenai komitmen kepada budaya hardcore berjam-jam dengan intensitas tinggi atau lebih baik pergi dari Twitter.

Pengamat industri Scott Kessler menyebut, ada sedikit toleransi untuk pengeluaran besar terhadap perjudian teknologi tinggi seperti realitas virtual atau mobil otonom.

Investor juga melihat upah tinggi dan fasilitas nyaman beberapa orang di industri itu sebagai tidak berkelanjutan. “Mereka menghadapi kenyataan pahit,” katanya.

Mike Morini dari WorkForce Software, menyatakan bahwa industri teknologi sedang berusaha untuk keluar dari periode pertumbuhan dengan melakukan segala cara.

BACA JUGA:

Di sisi lain, PHK massal juga bukannya tidak mungkin akan menjadi awal dari bisnis baru, mengingat tak sedikit orang berbakat yang dibuang oleh perusahaan besar. Bisa jadi, mereka akan bergabung dalam start up, atau bahkan mendirikan satu yang baru. Ada untung-rugi dari PHK massal pada 2022 di perusahaan teknologi.

PHK massal di perusahaan teknologi tak hanya dialami perusahaan global sekelas Twitter dan Meta, di Indonesia imbas serupa akibat perlambatan ekonomi juga mendera sejumlah perusahaan.

Shopee Indonesia memangkas jumlah karyawannya beberapa waktu lalu. Begitu juga dengan Indosat Ooredoo. Terbaru, GoTo dan Ruangguru menambah panjang daftar perusahaan teknologi yang melakukan PHK massal. [SN/IF]

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI