Gen Z Adalah Generasi iPhone, Ancaman Serius untuk Android

Telset.id, Jakarta  – Gen Z atau Generasi Z adalah anak muda saat ini, terutama yang lahir setelah 1996. Generasi yang biasa disebut sebagai Zoomers ini diklaim akan menjadi acaman serius bagi keberlangsungan hidup Android, tapi berkah buat iPhone. Kenapa?

Selama hampir dua dekade terakhir, pengguna ponsel hanya memiliki dua opsi pilihan sistem operasi perangkat mobile, yakni Android buatan Google dan iOS besutan Apple.

Sebelum itu, kita justru mengenal cukup banyak sistem operasi, seperti Symbian, BlackBerry OS, Palm OS dan beberapa lainnya. Namun memasuki era tahun 2000-an, banyak sistem operasi yang bertumbangan. Sekarang, pilihannya hanya tersisa dua, iOS dan Android.

Secara pangsa pasar, Android jauh lebih besar dari iOS. Alasannya jelas, Android digunakan oleh hampir semua merek ponsel, selain ponsel buatan Apple. iOS di sisi lain hanya digunakan oleh produk Apple, iPhone.

Persaingan Android dan iOS sudah mendarah daging dan berlangsung sengit. Namun Google harus tahu, ancamanya nyata bukan datang dari Apple, tapi dominasi Android kini justru terancam oleh pengguna ponsel generasi baru, Gen Z atau Generasi Z.

Gen Z adalah masalah besar yang dihadapi sistem operasi Android saat ini. Orang-orang muda, terutama yang lahir setelah tahun 1996, atau yang biasa disebut Gen Z (atau Zoomers) ini disebut-sebut mengancam “kelangsungan hidup” Android.

Sebuah artikel Financial Times baru-baru ini mengklaim bahwa di Amerika Serikat, konsumen Gen Z dengan cepat memilih iPhone daripada ponsel Android, meskipun mereka ditawari ponsel terbaik Android sekalipun.

Studi tersebut mengklaim bahwa 34% dari semua pengguna iPhone di AS berasal dari Gen Z. Pangsa pasar 10% Samsung benar-benar hancur oleh statistik ini. Sebagian besar karena peningkatan pesat jumlah para Zoomers alias Gen Z.

Sebaliknya, pangsa pasar Apple secara keseluruhan di AS tumbuh dari 35% pada 2019 menjadi lebih dari 50% pada 2022. Lagi-lagi itu semua disebabkan lonjakan jumlah pengguna dari golongan Zoomers alias Gen Z.

BACA JUGA:

Gen Z Tidak Perduli Harga iPhone Mahal

Gen Z iPhone Android

Semua orang sudah tahu kalau harga iPhone lebih mahal dibandingkan kompetitornya yang sekelas. Tapi tahukah Anda, para Zoomer ini tidak perduli soal masalah harga iPhone yang mahal.

Bahkan ketika harga rata-rata iPhone naik menjadi USD 1.000, atau kira-kira tiga kali lipat rata-rata smartphone Android di seluruh dunia, kebutuhan Zoomer akan iPhone justru terus meningkat.

Menariknya tren meningkatnya jumlah pengguna iPhone di kalangan Gen Z yang tumbuh sangat dramatis ini tidak hanya terjadi di AS atau di Amerika Utara saja, tapi juga terjadi di seluruh dunia.

Hal itu bisa dilihat dari data hasil survey Financial Times yang menemukan fakta sekitar  83% pemilik iPhone di Eropa berumur di bawah 25 tahun. Dan asal tahu saja, para Zoomer ini mengatakan akan terus memakai iPhone, dan tidak berpikir untuk beralih ke Android.

Sementara kurang dari setengah pelanggan Android yang sama mengatakan mereka akan terus menggunakan sistem operasi tersebut. Jadi bisa dibayangkan, jika Gen Z berhenti menggunakan Android, maka pangsa pasar Android akan terus menurun, dan akan berakhir tragis.

Gen Z Tidak Bisa Hidup tanpa iMessage

Gen Z iPhone Android

Ada hal menarik lainnya yang ditemukan dari hasil survey yang dilakukan Financial Times soal alasan Gen Z lebih memilih iPhone, yakni karena iMessage.

Layanan perpesanan buatan Apple yang hanya berfungsi dengan baik di produk Apple itu tidak bisa berfungsi baik ketika diakses menggunakan perangkat Android. Padahal, Zoomers sudah ketergantungan menggunakan iMessage sebagai sarana untuk komunikasi.

Itu sebabnya, para Gen Z alias Zoomers merasa tertekan jika tidak menggunakan iPhone, karena mereka tidak bisa hidup tanpa iMessage. Kedengarannya memang “lebay”, tapi itulah kenyataannya.

Itu sebabnya Zoomer akan tetap ngotot dengan segala cara untuk bisa tetap menggunakan iPhone atau perangkat iOS. Aksi “jual ginjal” pun akhirnya menjadi jalan pintas yang konyol sering dilakukan generasi Z ini.

BACA JUGA:

Android Bisa Tinggal Nama

Gen Z iPhone Android

Banyak sekali tulisan yang sudah mengangkat masalah gaya hidup para Zoomer ini di wilayah manapun, terutama di AS dan Eropa. Bahkan ada laporan yang menyebutkan Gen Z merasa malu menggunakan HP Android.

Masalah para Zoomers ini diperparah dengan kebijakan Apple yang mengembangkan teknologi yang sangat eksklusif untuk perangkat Apple saja. iMessage salah satu contohnya.

Google sendiri telah mengkritik Apple karena tidak menerapkan teknologi RCS, yang akan memungkinkan banyak fitur mirip iMessage untuk mengirim pesan di berbagai jenis perangkat. Tekanan juga datang datang dari pengembang Android, yang mendesak Apple untuk “memperbaiki SMS”.

Apple dinilai tidak membuat perubahan teknis yang memungkinkan tanda terima baca, indikator pengetikan, dan SMS via WiFi antara perangkat Apple dan Android.

Tetapi semua kritikan dan desakan itu seperti dianggap angin lalu saja oleh Apple. Dengan santainya, CEO Apple, Tim Cook mengatakan bahwa mengadaptasi RCS bukan prioritas bagi pengguna iPhone. Menjaga fitur seperti iMessage dari ponsel Android membantu penjualan iPhone.

“Saya tidak mendengar pengguna meminta agar Apple mencurahkan banyak energi untuk itu. Sebaiknya belikan ibumu iPhone,” ujar Cook dengan ketus saat diminta memberikan solusi soal masalah iMessage vs Android.

Mendengar jawaban Cook tadi, jangan pernah berharap masalah ini akan segera berakhir. Namun untungnya, masalah iMessage tidak terlalu parah di luar AS. Sebab, kebanyakan orang menggunakan layanan perpesanan dari pihak ketiga, seperti WhatsApp.

Masalah kesenjangan “kasta” antara pengguna iPhone dan Android di mata generasi Z ini memang sudah cukup mengkhawatirkan di AS, khusus bagi Google sebagai pemilik Android dan para mitranya pembuat ponsel dengan sistem operasi Android.

Well, masalah perseteruan Google dan Apple adalah masalah klasik soal periuk pasar. Tapi yang pasti kini Google sedang menghadapi masalah serius dengan Gen Z untuk menyelamatkan Android. Gen Z harus segera bisa diyakinkan untuk menggunakan Android.

Jika tidak, bisa jadi tidak ada lagi yang menggunakan sistem operasi Android di AS dan Eropa pada sepuluh tahun mendatang. Jika itu terjadi, mungkin Android hanya akan tinggal nama di negara-negara maju di Amerika dan Eropa.

Bagaimana menurut kamu, apakah Android akan mengalami nasib yang sama dengan para penduhulunya seperti Symbian, BlackBerry OS, dan Palm OS yang kini tinggal nama? [HBS/SN]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI