Murah Saja Tidak Cukup, Inovasi Juga Penting

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id – Pasar smartphone kini dikuasai oleh dua brand besar, Apple dan Samsung. Namun kedua raksasa ini harus mulai waspada dengan “invasi” para pemain China yang kini mulai membidik pasar global. Meski terlihat pergerakannya semakin masif, namun para pendekar dari China ini harus menggunakan strategi yang tepat untuk bisa menguasai dunia.

Pada tulisan sebelumnya, kita sudah membahas salah satu strategi dari smartphone China yang mengandalkan spesifikasi bagus tetapi dibanderol dengan harga yang murah. Karena tidak semua brand China memiliki strategi yang sama, maka sekarang kita akan membahas strategi yang lain.

[Baca juga: Utak-atik Strategi Pemain China, Harga atau Inovasi]

Apakah strategi yang digunakan kali cukup kuat untuk melawan brand global seperti Apple dan Samsung yang sekarang berusaha mereka kejar. Kita akan membahasnya lebih mendalam dalam ulasan kali ini.

Oppo dan Vivo

Walau dikalangan para techie – sebutan untuk mereka yang dianggap lebih mengerti teknologi – nama seperti Xiaomi dan OnePlus lebih bergaung, tetapi secara pasar penjualan ternyata Oppo dan Vivo lebih berhasil.

Kedua vendor ini memilih jalur yang benar-benar berbeda dengan cara marketing Xiaomi dan Vivo. Ya, bisa dikatakan apa yang tabu di mata Xiaomi, dilakukan oleh Oppo. Marketingnya masif, dengan toko offline yang sangat banyak, iklan dimana-mana, dan menggunakan banyak artis sebagai daya tarik.

Berbeda dengan orientasi Xiaomi yang lebih mengandalkan para fans sebagai corong dan berusaha menjaga harga tetap murah sampai di tangan konsumen dengan mengambil keuntungan yang tipis dari setiap smartphone yang dijualnya, Oppo melakukan hal berbeda, memberikan margin yang besar untuk para penjualnya, marketing masif, dan mengontrol harga jual yang seragam dan tidak murah.

Marketing Oppo sangat terarah, berbeda dengan Xiaomi yang mencoba tampil bagus dalam banyak sisi, tidak dilakukan oleh Oppo. Mereka saat ini hanya fokus pada satu hal, kamera, terutama kamera selfie, bahkan memproklamirkan diri sebagai selfie expert.

Selain fokus pada fitur spesifik dari smartphone, Oppo yang pertama kali mencoba bersaing dengan produk hi-end dari brand global, kemudian berganti alur hanya fokus pada produk mid-end. Pasar produk kelas menengah ini tentu saja penggunanya lebih banyak dibanding produk hi-end, sehingga dalam waktu cepat Oppo berhasil merangsek naik ke dalam 5 besar brand di dunia, terutama dari sisi jumlah penjualan, termasuk di China sendiri.

Saking masifnya marketing mereka, hampir di setiap bandara kita turun, sudah disambut iklan Oppo, bahkan mall-mall pun sanggup mereka ubah dengan iklan Oppo di mana-mana. Belum lagi saat kita membuka portal berita, iklan Oppo senantiasa pop-up di sana.

Berbeda dengan Xiaomi yang membangun fans yang “militan”, Oppo membangun tenaga penjual atau front liner yang “militan”. Cobalah masuk ke gerai bertanda Oppo dan dengarkan SPG nya menjelaskan produk Oppo, tiba-tiba rasanya smartphone Oppo menjadi satu-satunya smartphone terbaik di muka bumi, dan produk brand lain tidak lagi bagus.

Sebagai saudaranya, Vivo sering diposisikan bersaing dengan Oppo, bahkan seperti pertarungan Indomaret vs Alfamart, dimana ada gerai Oppo, tidak sampai sepelemparan batu jauhnya ada gerai Vivo. Gaya marketing Vivo boleh dibilang sama persis dengan Oppo, marketing yang masif termasuk menggaet banyak artis, dan fokus pada teknologi kamera, termasuk tampil featured di film kelas mahal seperti Captain America.

Kemungkinan setelah gaya marketing dan sales Oppo dianggap berhasil, alokasi marketing yang besar akan dilimpahkan pada Vivo. Di China sendiri brand Vivo terkenal karena menjadi sponsor NBA.

Huawei

Vendor yang satu ini sebenarnya brand China yang paling besar sekarang, setidaknya menurut data Gartner, dan menempati posisi sebagai smartphone nomor tiga di dunia, setelah Samsung dan Apple.

Di Indonesia sendiri mungkin Huawei terlihat kurang agresif dibandingkan brand China lainnya, tetapi Huawei justru cukup terkenal di dunia barat, terutama Eropa.  Di Amerika sendiri, gaungnya ada tetapi penjualannya belum signifikan. Sampai saat ini hanya Huawei sebagai brand dari China, yang berhasil bekerjasama dengan Google untuk membuat smartphone flagship, yakni Google Nexus.

Huawei mensejajarkan diri dengan brand global lain, dan tidak memilih strategi marketing seperti Xiaomi maupun OnePlus, yang menjual device-nya dengan harga murah.  Berbeda dengan Vivo dan Oppo, Huawei juga memiliki range smartphone yang lebar, dari versi low end sampai versi hi-end. Huawei sendiri mengklaim produk versi hi-end buatannya juga bagus dan mampu bersaing dengan Samsung dan Apple.

Diantara brand China yang lain, dari sisi inovasi -Huawei juga termasuk menguasai produk jaringan network selular-, terlihat lebih jelas dan maju, termasuk memiliki kemampuan untuk mengembangkan chip prosesornya sendiri yang dinamai Kirin sampai level hi-end.

Dari sisi marketing, Huawei juga termasuk berani menggunakan artis kelas dunia, seperti pemeran Superman dan Black Widow. Huawei juga cukup ‘pede’ mensejajarkan diri dengan brand global lain dengan memproduksi device selain smartphone, misalnya smartwatch dengan OS Androidwear, bahkan notebook.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini


ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI