Saat berkeliling mencoba kamera Galaxy Note 8 ke taman Central Park dan Liberty Island NY, tempat yang sama yang saya pernah kunjungi juga 2 tahun yang lalu ketika mencoba Galaxy Note 5, ada beberapa bagian foto yang dulu tidak bisa saya tangkap dengan baik.
Misalnya di Central Park banyak burung dan tupai berkeliaran, ketika kita hendak memotretnya lebih dekat, mereka pasti kabur. Dengan 2x pembesaran optikal, ada jarak yang bisa kita jaga supaya mereka tidak merasa terusik.
Ada juga bagian taman yang ditengahnya ada kolam dengan patung malaikat di atasnya, area yang menurun ini menarik untuk difoto dari atas, tetapi dengan kamera standar hasil fotonya sangat lebar, sehingga gambar kita sulit bicara ingin fokus kebagian mana. Dengan pembesaran 2x ini area tersebut bisa bisa lebih fokus ke bagian kolam.
Demikian juga pembesaran 2x optikal ini terasa berguna untuk foto-foto candid tanpa terlalu dekat dan mengusik objek foto, sehingga foto yang dihasilkan terlihat lebih natural.
Di Liberty Island begitu mudah kita membuat foto panorama atau landscape karena area ini terbuka dan luas. Dari pulau ini kita bisa memandang landscape kota New York dengan pencakar langitnya. Kita pasti ingin mengabadikan kota New York, sayangnya dengan kamera standar, kota ini akan terlihat jauh.
Dengan pembesaran 2x optical, panorama yang kita dapat akan terlihat lebih detail dan bagus komposisinya. Demikian juga dengan patung Liberty, foto dari jauhnya sudah saya dapatkan 2 tahun lalu dengan Galaxy Note 5, tetapi saya selalu berharap memiliki foto lebih dekat dan detailnya, dan Galaxy Note 8 bisa memberikan hasilnya.
Pada Galaxy Note 8 kita juga bisa mengubah instan ukuran rasio foto sepenuh layar 18.5:9. Rasio ini walau sebenarnya hasil cropping, menyenangkan untuk mengambil foto landscape dan foto vertikal yang tinggi yang bisa memenuhi layar.
Rasanya tepat juga Samsung memilih kombinasi konfigurasi dual camera menggunakan telephoto lense, karena untuk konfiguras lensa ultra wide, bisa dikompensasi dengan fitur panorama, walaupun pengambilan gambarnya tidak bisa secepat konfigurasi dual camera dengan lensa ultra wide.
Untuk kamera dengan konfigurasi lensa standar dan lensa dengan sensor B&W yang ditujukan untuk mendapatkan gambar dengan kontras yang baik dan membantu dalam low light photo. Flagship smartphone Samsung sendiri di beberapa tahun terakhir dikenal sebagai salah satu smartphone dengan kemampuan foto lowlight yang paling mumpuni.
Teknologi kamera terakhirnya, selain memiliki aperture yang besar, setiap jepretan sebenarnya mengambil 3 foto dengan kontras yang berbeda, kemudian menyatukan hasilnya menjadi satu gambar dengan kontras yang baik, pencahayaan yang cukup, dan noise yang terkendali.
Begitu juga di Galaxy Note 8, hasil foto lowlight nya senantiasa menghasilkan kecerahan rata-rata malah di atas kemampuan mata kita. Apa yang kita lihat lebih temaram dengan mata langsung, akan terlihat lebih terang pada kamera Galaxy Note 8, tanpa kehilangan ambient (suasana) cahaya di lokasi tersebut, misal cahaya kekuningan di cafe yang termaram, penerangan lampu jalan, dan lain sebagainya.
Jadi secara teknis, konfigurasi dual camera dengan telephoto ini yang bisa menambah kemampuan rata-rata kamera flagship Samsung yang sudah baik, menjadi lebih baik dan lengkap.
Fitur kamera andalan Samsung yang masih diteruskan di Galaxy Note 8 adalah mode food. Dengan mode ini, jika kita memfoto makanan akan terlihat lebih profesional karena bisa menangkap bagian makanan yang di hi-lite tajam dan membuat sisanya lebih blur. Digabungkan dengan tone warna yang lebih pop up, yang tingkat warm nya bisa kita atur. Sebagai gambaran, ini adalah foto perbandingan antara mode food dan mode standar:
Aperture f/1.7 yang besar juga membantu untuk menghasilkan foto macro dengan depth of field yang baik. Di Galaxy Note 8, kita bisa cukup dekat menempatkan kamera dengan objek foto.
Untuk mereka yang terbiasa dengan kamera profesional, bisa mengandalkan mode Pro, dimana kita bisa mengatur manual ISO, shutter speed, jarak fokus, white balance dan Exposure Value. Bahkan dapat menyimpan hasil gambar dalam format RAW, untuk lebih bebas mengedit nanti.
Video juga menjadi bagian yang sangat digemari sekarang seiring mudahnya kita berbagi konten baik di media sosial maupun YouTube, atau sekedar menyimpan kenangan digital. Galaxy Note 8 menggunakan mode fokus cepat yang dinamai dual pixel autofocus. Selain cepat untuk berpindah foto, mode fokus ini terasa berguna sekali untuk merekam video.
Seringkali kita melihat lambatnya fokus berpindah ketika kita shooting video menggunakan smartphone yang bergerak, apalagi ketika berbeda pencahayaan misal dari gelap ke terang yang cukup ekstrim, seringkali meninggalkan jejak potongan video yang gelap atau tidak fokus yang cukup mengganggu. Dual pixel focus meniadakan masalah ini.
Saat memasangkan Galaxy Note 8 dengan gimbal seperti DJI Osmo mobile yang menyertakan aplikasi tersendiri untuk foto dan video, saya jarang menggunakan aplikasi bawaan tersebut karena tidak bisa mengoptimalkan kemampuan kamera Galaxy Note 8.
Hasil tangkapan aplikasi DJI video kecerahannya lebih rendah dan lebih lambatnya fokus berpindah. Saya lebih memilih aplikasi video standar bawaan Galaxy Note 8, walau tidak bisa secara penuh dikendalikan dari tombol-tombol yang ada di gimbal.
Sebenarnya hampir tidak butuh menggunakan gimbal tambahan kalau kita tidak dalam kondisi bergerak yang ekstrim, karena video yang direkam walau dalam format 4K sekalipun, sudah terlihat steady karena gabungan OIS dan EIS (Electronic Image Stabilization) yang bisa diaktifkan dalam mode video.
Jika kita perhatikan video-video perbandingan di Youtube, apalagi yang dibuat oleh @SuperSaf, senantiasa terlihat juga suara perekaman di Galaxy flagship senantiasa terdengar lebih jelas dan jernih, karena kesanggupannya merekam dalam format stereo. Pengguna video juga bisa menambahkan mode slow motion hingga 240 fps dan hyperlapse untuk konten videonya, yang sekaligus bisa digunakan sebagai time-lapse.
Untuk kamera depan di Note 8, masih sama dengan Galaxy S8, yakni 8MP f/1.7 dengan autofocus. Autofocus ini yang membedakan hasil foto selfie dengan kebanyakan kamera lain, karena bisa mengenali jarak antara kamera dan muka, dan otomatis fokus pada muka baik selfie maupun wefie, termasuk fungsi HDR agar baik muka dan latar belakang tetap terlihat jelas.
Walaupun tidak se-superior kamera belakang untuk mengambil foto di tempat temaram, tetapi kamera depan ini setingkat di atas kamera depan smartphone kebanyakan.
Yang harus diperhatikan adalah kebersihan Gorilla Glass di depan kamera depan, bersihkan sebelum mengambil selfie. Karena Gorilla Glass 5 dibagian depan lebih mudah memiliki tapak buram bekas jari tangan.
Mungkin ada yang mengira-ngira, apakah dengan dual camera yang baru, Samsung juga membenamkan sensor baru? Untuk kamera belakang standar dan kamera depan tidak, sensornya tetap sama dengan Galaxy S8.
Sensor kamera buatan Samsung ISOCELL, masing-masing dengan kode SLSI_S5K2L2_FIMC_IS untuk kamera utama, dan SLSI_S5K3H1_FIMC_IS untuk kamera depan. Untuk kamera telephoto-nya sendiri sepertinya menggunakan sensor yang baru, yang belum bisa dibaca aplikasi pembaca hardware yang ada. [LS/HBS]