Dilarang Ngiklan di Twitter, Donald Trump: No Problem

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Keputusan Twitter untuk meniadakan iklan politik akan memiliki sedikit efek pada kampanye Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Sebab, Donald Trump merupakan kandidat yang menghabiskan paling banyak dana untuk iklan digital.

Menurut seorang anggota tim kampanye, Trump telah mengalokasikan dana dalam jumlah besar untuk pemilihan presiden 2020.

“Saya tidak pernah suka ketika saluran (sarana) dimatikan karena menghilangkan peluang,” kata pejabat senior itu kepada wartawan.

{Baca juga: Pikun, Penasihat Siber Donald Trump 10 Kali Lupa Password iPhone}

Meski demikian, dikutip Telset.id dari Reuters, Jumat (1/11/2019), ia mengemukakan bahwa Trump sama sekali tidak masalah mengetahui fakta bahwa Twitter memutuskan untuk tak mengakomodasi iklan politik di platform mereka.

“Tidak berdampak signifikan,” ujarnya.

Trump telah menghabiskan lebih dari USD 6.000 atau sekitar Rp 84 juta guna mempromosikan akun Twitter resmi @TeamTrump. Akan tetapi, catatan Twitter menunjukkan, tidak ada pengeluaran apapun untuk mempromosikan cuitan akun Trump @realDonaldTrump.

Seperti diketahui, Trump secara produktif menyampaikan berbagai informasi melalui akun @realDonaldTrump. Akun itu mempunyai lebih dari 66 juta pengikut. Trump bersama tim pemenangannya juga beriklan di media sosial lain, yakni Facebook.

Asal tahu saja, 18 kandidat dari partai Demokrat pada pemilihan presiden 2020 telah menghabiskan lebih dari USD 5,4 juta atau sekira Rp 76 miliar guna berkampanye via Twitter sejak Mei 2018. Jumlah tersebut jauh lebih kecil daripada dana kampanye via Facebook.

{Baca juga: Dear Donald Trump, iPhone SE 2 Lebih Cocok Untukmu}

Menurut Chief Financial Officer Twitter, Ned Segal, jumlah keseluruhan pengeluaran iklan politik untuk pemilihan jangka menengah 2018 di Twitter di AS mencapai kurang dari USD 3 juta atau lebih kurang Rp 42 miliar. Angka itu ia nilai tak begitu signifikan bagi bisnis.

Seperti diketahui, Twitter akan melarang iklan politik secara global mulai 22 November 2019 mendatang. Hal tersebut ditegaskan oleh sang CEO, Jack Dorsey, terutama untuk menjaga perseteruan antara partai Demokrat dan Republik pada Pilpres AS.

Namun, seperti dilansir Reuters, keputusan Twitter dinilai cukup berisiko oleh analis. Sebab, pelarangan iklan politik bakal secara signifikan mengurangi performa bisnis perusahaan. Baru-baru ini, nilai saham Twitter turun 1,9 persen pada bursa perdagangan. (SN/FHP)

Sumber: Reuters

2 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini


ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI