Eks Bos Twitter Sebut Kapitalis Egois akan “Ditembak Dalam Revolusi”

Telset.id, Jakarta – Mantan CEO Twitter, Dick Costolo, menyatakan bahwa “Me-first capitalists” atau kapitalis yang bersikap egois akan menjadi yang pertama “ditembak dalam revolusi.”

Kontroversi baru-baru ini mengenai aktivisme karyawan di perusahaan teknologi dimulai ketika CEO Coinbase, Brian Armstrong, mengumumkan larangan diskusi di tempat kerja tentang politik.

Mendengar hal tersebut, dilansir New York Post, Costolo meratapi berakhirnya era di mana perusahaan teknologi digunakan untuk menyambut debat yang hidup tentang ide dan sosial.

Seperti dikutip Telset.id, Sabtu (3/10/2020), Costolo mengatakan bahwa keterbukaan dalam perusahaan Silicon Valley adalah “yang membedakan budaya teknologi  budaya Wells Fargo”.

{Baca juga: Rencana Bezos dan Musk Menjajah Antariksa Sama Gilanya}

Namun, keadaan menjadi sulit saat pengguna lain mengatakan bahwa mengurangi aktivitas politik di perusahaan akan “sulit bagi orang yang menginginkan pekerjaan sebagai aktivis bergaji teknisi”.

“Kapitalis egois yang berpikir Anda dapat memisahkan masyarakat dari bisnis akan menjadi orang pertama yang berbaris dan ditembak dalam revolusi. Saya akan mengomentarinya,” tegas Costolo.

Pernyataan soal kapitalis yang egois oleh Costolo ditanggapi secara sinis oleh kaum konservatif di Twitter. “Cuitannya merupakan pelanggaran nyata. Ia mengagungkan kekerasan,” kata tokoh sayap kanan, Mike Cernovich.

Sekadar informasi, Costolo bertanggung jawab sebagai CEO di Twitter dari 2010 hingga 2015.Setelah lengser, posisinya digantikan oleh Jack Dorsey. Sekarang, ia menjadi pemodal ventura.

Mengungkap Kepribadian Psikopat CEO Silicon Valley

Maëlle Gavet, seorang veteran yang pernah 15 tahun berkecimpung di industri teknologi, mengenang percakapan meresahkan ketika menghadiri pesta koktail para CEO perusahaan Silicon Valley pada 2017.

Saat itu, Gavet asyik mengobrol dengan investor di Uber. Kepada sang investor, ia mengeluhkan kemunculan beberapa berita mengganggu seputar co-founder dan CEO Uber, Travis Kalanick. Semuanya negatif dan menyudutkan.

Ada berita tentang praktik Uber memata-matai penumpang, kasus pelecehan seksual, budaya kerja yang “beracun”, dan lain sebagainya. Investor tersebut hanya tertawa dan berkata, ” Ia jauh lebih buruk daripada yang orang ketahui.”

Gavet pun tercengang. Ia lalu bertanya kepada investor itu, kenapa memilih berbisnis dengan seseorang yang begitu kejam. Investor menjawab pertanyaan Gavet secara rinci meski tidak diungkap gamblang.

Cerita tersebut hanyalah satu dari banyak rahasia yang menginspirasi Gavet untuk menulis buku berjudul “Trampled by Unicorns: Big Tech’s Empathy Problem and How to Fix It”.

{Baca juga: Mengungkap Kepribadian Psikopat Para CEO Silicon Valley}

Di dalamnya memuat kisah hidup Kalanick, yang ternyata perilaku psikopatnya sudah menjadi rahasia umum di kalangan eksekutif perusahaan teknologi kelas kakap.

Menurut Hare Psychopathy Checklist, alat diagnostik untuk mengecek gangguan seseorang, psikopat mencakup sifat-sifat seperti rasa harga diri yang muluk, kurangnya penyesalan, kontrol perilaku buruk, dan kebohongan patologis.

“Atribut psikopat tidak hanya hadir, “tetapi dirayakan di Silicon Valley,” kata Gavet, yang pernah menjabat sebagai wakil presiden eksekutif operasi global untuk Priceline Group. Dan, Kalanick bukanlah seorang diri di Silicon Valley.

Berita tentang perilaku buruk para CEO Silicon Valley sering terdengar, baik dari cuitan “ngawur” Elon Musk di Twitter tentang pandemi hingga manuver pendiri WeWork, Adam Neumann, yang sekarang berujung di meja jaksa agung. (SN/MF)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI