Telset.id, Jakarta – Peneliti keamanan mengungkap fakta bahwa data pribadi sekitar 4,6 juta pengguna disalahgunakan oleh pinjaman online (pinjol) di China. Data tersebut meliputi catatan lokasi, rekam jejak pinjaman, informasi finansial, serta daftar kontak.
Data yang berhasil ditambang oleh 100 aplikasi pinjol di China itu mencapai lebih dari 899GB. Parahnya, jumlah data pengguna masih berpotensi bertambah mengingat ratusan pinjol tersebut terus “berburu” untuk disimpan di server secara real-time.
{Baca juga: Lagi Berduka, Pasangan Ini Malah Diperas Driver Ojol}
Menurut Anurag Sen, peneliti keamanan independen, pihaknya telah menghubungi Alibaba pada 11 juli 2019 terkait persoalan itu. Sekadar informasi, dalam kasus ini, Alibaba merupakan penyedia hosting server yang dipakai untuk menyimpan data-data.
Anurag Sen menyatakan, kemungkinan besar server tersebut adalah milik perusahaan pemasaran. Di dalamnya tersimpan jutaan data pengguna. Akibatnya, seperti dilansir CNET, pinjol bisa melacak titik koordinat pengguna setiap kali berusaha masuk ke aplikasi.
Parahanya lagi, dikutip Telset.id, Jumat (19/7/2019), perusahaan pinjol bisa mengetahui segala hal terkait kartu kredit pengguna. Anurag Sen menegaskan, aksi penyedotan data oleh aplikasi pinjol jelas merugikan dan membahayakan para pengguna.
“Kehidupan para pengguna terus dimata-matai untuk kepentingan pemerintah maupun perusahaan. Keseharian mereka selalu dipantau. Bahkan, dengan menyimpan data, aplikasi pinjol bisa tahu titik lokasi, panggilan telepon, dan SMS pengguna,” terangnya.
{Baca juga: 8 Kejadian Kocak Naik Ojek Online, Nomor 3 Asli Bikin Tepuk Jidat}
Menariknya, Alibaba langsung menutup server tak lama setelah dikonfirmasi. Namun, data-data itu telanjur aktif sekitar dua minggu. Di dalamnya terdapat nama, tanggal lahir, alamat domisili, nomor telepon, detail utang, dan kata sandi pengguna aplikasi. [BA/HBS]
Sumber: CNET