Jakarta – Tinggal hitungan jam (4 November waktu setempat) menjadi hari penentuan nasib BlackBerry, apakah akan dibeli konsorsium Fairfax Financial Holding atau jatuh ke perusahaan lain yang mengajukan penawaran lebih tinggi dari Fairfax.
Fairfax sendiri dikabarkan tengah berjuang untuk meningkatkan penawaran sebelumnya senilai USD 4,7 miliar (atau sekitar Rp 54 triliun). Pasalnya, Fairfax merasa khawatir dengan semakin banyaknya perusahaan peminat yang mengajukan tawaran ke BlackBerry, sehingga mereka harus menaikkan tawarannya.
Namun, seperti dilaporkan Reuters, Senin (4/11), usaha Fairfax untuk mendapatkan dana pembelian BlackBerry juga tidak berjalan mulus, karena beberapa bank besar dikabarkan menolak menyokong Fairfax. Alasannya, mereka belum yakin apakah setelah dibeli nantinya BlackBerry akan bisa keluar dari masalah keuangan.
Menurut sumber yang mengetahui proses tersebut, Fairfax yang dijalankan oleh pemodal asal Kanada, Prem Watsa, bekerja sama dengan Bank of America Merrill Lynch dan BMO Capital Markets tengah berupaya mengumpulkan dana pinjaman, tetapi mereka telah ditolak oleh beberapa bank besar, demikian kata sumber tersebut.
Seperti diketahui, Fairfax, sebagai pemegang saham terbesar di BlackBerry dengan menguasai 10 persen saham telah mencapai kesepakatan penawaran pembelian dengan BlackBerry senilai USD 4,7 miliar pada akhir September lalu.
Dan sesuai kesepakatan itu, tanggal 4 November menjadi hari terakhir kedua perusahaan untuk menegosiasikan perjanjian yang definitif, apakah BlackBerry akan menerima penawaran Fairfax atau berpaling ke perusahaan lain yang memberikan penawaran lebih tinggi.
Kesuksesan perilisan BBM untuk Android dan iPhone beberapa waktu lalu telah membuat BlackBerry kebanjiran peminat. Beberapa perusahaan raksasa dikabarkan telah melakukan pembicaraan dengan perusahaan asal Kanada itu untuk mengajukan tawaran pembelian.
Dari pemberitaan sebelumnya, BlackBerry diketahui telah mengadakan pembicaraan dengan sejumlah perusahaan. Sebut saja seperti Cisco Systems, Google, SAP, Lenovo, Samsung Electronics, LG Electronics, dan Intel Corp.
BlackBerry sendiri hingga saat ini belum memutuskan apakah akan menjual semua perusahaan atau hanya menjual sebagian unit bisnisnya. Pasalnya, beberapa perusahaan peminat dikabarkan keberatan dengan harga yang terlampau tinggi yang dipatok BlackBerry.
Sebelumnya dikabarkan bahwa Lenovo telah mencapai kesepakatan akuisisi dengan BlackBerry. Menurut Wall Street Journal yang mengutip sumber yang mengetahui proses tersebut menyebutkan, bahwa Lenovo dan BlackBerry telah menandatangani kesepakatan yang tidak boleh diberitahukan kepada pihak lain (non-disclosure agreement).
Dengan adanya kesepakatan itu, Lenovo bisa meneliti kondisi keuangan BlackBerry, sebelum nantinya memutuskan untuk apakah akan mengakuisisi perusahaan yang bermarkas di Kanada itu.
Rencana Lenovo yang tertarik mengakuisisi BlackBerry bukannya tanpa hambatan. Vendor asal China itu kabarnya mendapat ganjalan dari pemerintah Kanada. Hal itu diketahui lewat pernyataan Perdana Menteri Kanada Stephen Harper yang terkesan kurang suka jika BlackBerry dibeli oleh Lenovo yang berasal dari China.
Harper berdalih, bahwa BlackBerry harus lebih teliti sebelum memutuskan soal rencana pengambilalihan perusahaan yang dianggap dapat berpotensi mengganggu keamanan nasional Kanada.
Selain Google, Cisco, Intel, Samsung, dan Lenovo yang tertarik membeli BlackBerry, kabar terakhir menyebutkan bahwa Facebook juga ikut mengantri membeli BlackBerry. Menurut sumber di WSJ, bahwa eksekutif BlackBerry sedang berada di California untuk bertemu dengan perwakilan Facebook untuk membicarakan tawaran potensial.
Kejelasan nasib BlackBerry memang masih belum ada kepastian, karena hingga saat ini masih belum diketahui siapa calon pembeli potensial yang benar-benar akan menguasai pabrikan handset BlackBerry itu. Apakah Fairfax atau mungkin Cisco, Google, atau bisa juga Lenovo. Kita tunggu saja kabarnya beberapa jam lagi.[HBS]