Telset.id, Jakarta – Lebih dari satu juta pemilih yang akan berpartisipasi pada pilpres Amerika Serikat (AS) sudah mendaftar di aplikasi Snapchat. Jumlah tersebut didapatkan dalam waktu kurang dari lima minggu sebelum pilpres berlangsung.
Jumlah pendaftar pilpres AS di Snapchat melampaui angka pemilih yang mendaftar dalam pemilihan paruh waktu 2018. Lebih dari setengah atau 56 persen yang mendaftar lewat Snapchat tercatat sebagai pemilih pemula.
Juru bicara Snapchat mengatakan, sekitar 4,75 juta pengguna menemukan alat keterlibatan pemilih melalui pertukaran dengan teman. Di antara mereka, sekitar tiga juta berusia antara 18 tahun dan 24 tahun.
Dikutip Telset.id dari New York Post, Sabtu (3/10/2020), Snapchat meluncurkan sejumlah alat pemungutan suara pada September 2020 untuk membantu pengguna memilih pada 3 November 2020.
{Baca juga: Rusia, China, dan Iran Berusaha Kacaukan Pilpres AS 2020}
Voter Registration Mini memungkinkan pemilih untuk mendaftar di aplikasi dan menyertakan fitur untuk melacak berapa banyak orang yang telah mendaftar. Snapchat juga telah meluncurkan Voter Guide.
Voter Guide memberikan informasi tentang pemungutan suara melalui surat dan pendaftaran pemilih, mencakup sumber daya kelompok-kelompok seperti NAACP, BallotReady, dan DemocracyWorks.
Snapchat juga memiliki fitur bernama “Mini”, bekerja sama dengan BallotReady, yang membantu pengguna mempelajari tentang opsi pemungutan suara dan mendorong pembuatan rencana untuk memilih.
Media Sosial Bantu Gelaran Pilpres AS 2020
Bukan cuma Snapchat yang membantu pemilihan presiden AS 2020. Sejumlah media sosial lain pun turut andil dalam pilpres tahun ini dengan cara yang berbeda-beda.
Twitter misalnya. Media sosial besutan Jack Dorsey ini dilaporkan akan menghapus atau memberi label setiap postingan “hitung cepat” yang mengklaim kemenangan dini pada pilpres AS 2020.
Twitter sudah melarang atau menandai cuitan yang menyebarkan kebingungan tentang pemungutan suara pilpres AS 2020. Saat ini, Twitter mengharamkan postingan yang mengklaim kemenangan sebelum hasil resmi pemilihan.
{Baca juga: Twitter akan Hapus Postingan Hitung Cepat Pilpres AS 2020}
Twitter juga akan mengambil tindakan serupa terhadap klaim satu pihak tentang proses pemungutan suara.
“Kami tidak akan mengizinkan Twitter disalahgunakan. Setiap upaya untuk melakukannya, baik asing maupun domestik, akan bertemu dengan penegakan aturan ketat,” demikian pernyataan Twitter.
Begitu juga dengan Facebook. CEO Facebook, Mark Zuckerberg, ingin membantu empat juta orang AS untuk mendaftar pemilihan presiden atau pilpres melalui kampanye informasi baru yang akan diumumkan di platform.
{Baca juga: Facebook Mau (Lagi) Bantu Pelaksanaan Pilpres 2020, Caranya?}
“Saya percaya Facebook memiliki tanggung jawab tidak hanya untuk mencegah penindasan pemilih, tetapi juga aktif mendukung keterlibatan, pendaftaran, dan partisipasi yang terinformasi dengan baik,” tulis Zuckerberg beberapa waktu lalu.
Untuk mencapainya, Facebook membuat Pusat Informasi Voting baru dengan informasi otoritatif, termasuk bagaimana dan kapan memilih saat pilpres, serta rincian tentang pendaftaran pemilih, pemungutan suara melalui surat suara. (SN/MF)