Browser, Pintu Masuk Hacker Sebarkan Malware

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan pengguna internet yang tinggi. Sayangnya, masih banyak pengguna Internet di Indonesia yang belum memiliki kesadaran untuk memproteksi perangkatnya dari ancaman serangan malware.

Berdasarkan data APJII, jumlah pengguna internet di Indonesia naik 51,8% dari 88 juta pengguna pada tahun 2014 menjadi 132,7 juta di tahun 2016.

Namun menurut Presdir Blue Power Technology, Lugas M. Satrio, meski jumlah pengguna internet di Indonesia terbilang tinggi, rata-rata dari mereka tidak tahu resiko saat menggunakan internet itu sendiri.

“Indonesia itu negara yang growth pengguna internetnya tinggi, namun rata-rata saat mereka melakukan browsing, mereka tak tahu jika itu artinya membukakan pintu bagi masuknya malware yang disebar orang-orang tak bertanggung jawab,” terangnya saat peluncurkan ISLA Web Malware Isolation System, di Jakarta, Selasa (01/08/2017).

Kerentanan dunia internet pun semakin lengkap, karena menurut data dari Ponemon Institute, 81% serangan malware atau virus saat ini terjadi melalui aplikasi web browser. Hal tersebut terjadi karena hingga saat ini belum ada solusi keamanan yang bisa menjamin keamanan browsing 100%.

[Baca juga: Indonesia Kedatangan Teknologi Elon Musk untuk Basmi Malware]

“Problem keamanan yang harus ditemukan solusinya adalah browser. Ada banyak alasan, salah satunya adalah browser tidak dapat menghentikan serangan malware yang lebih modern,” ucap Samir Shah, CEO Cyberinc & Aurionpro.

Presdir Blue Power Technology saat menjelaskan soal kerentanan di aplikasi web browser. (Foto: Faisal/Telset.id)

Hingga kini, solusi keamanan yang ditawarkan browser menggunakan teknik detect and respond yang artinya sistem keamanan akan melakukan identifikasi apakah situs yang diakses adalah baik atau buruk, jika dinilai buruk, maka sistem akan melakukan aksi yakni pemblokiran atau pencegahan terhadap code atau konten yang berbahaya.

[Baca juga: Statistik Malware Indonesia di Q2 2017]

“Sistem keamanan yang benar adalah menghentikan semua konten yang akan diakses, kemudian menggantinya dengan konten yang sama namun lebih aman,” jelas Lugas.

Karenanya, pihaknya menawarkan sistem keamanan bernama ISLA Web Malware Isolation System hasil kerjasama dengan Cyberinc. ISLA Web Malware Isolation System sendiri pertama kali digagas oleh perusahaan milik Elon Musk, SpaceX untuk melindungi mereka dari serangan malware dengan mengisolasi semua konten web di luar parameter jaringan.

“Yang dilakukan ISLA itu meng-copy semua yang tidak berbahaya (code), dan diteruskan lagi ke pengguna. Jadi otomatis semua rasanya, semua konten, dan lainnya sama persis dengan konten yang diakses tadi. Bedanya, semua konten yang berbahaya ditinggal di ISLA,” jelas Beng Santosa, GM Blue Power Technology.

[Baca juga: Hati-hati, WiFi Hotel Beresiko Terdapat Malware!]

Lanjut menurutnya, konten berbahaya tersebut tetap akan berjalan namun hanya akan “menyerang” ISLA saja, jadi sama sekali tidak akan berdampak kepada penggunanya.

“Ketika session ditutup atau browser ditutup, maka malware otomatis akan hilang,” lanjut Beng. (FHP/HBS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI