JAKARTA – Pamor BlackBerry di pasar smartphone memang tengah meredup. Perusahaan asal Kanada itu masih berjuang untuk membangkitkan masa kejayaannya. Tapi kali ini bukan di ranah smartphone, karena BlackBerry ingin menjadi penguasa perangkat lunak.
Sebagai pemain hardware, saat ini BlackBerry memang tengah terpuruk. Penjualan smartphone yang dulu sempat melambungkan namanya kini terus mengalami penurunan. Alhasil, BlackBerry diterpa kesulitan finansial selama beberapa tahun terakhir. Nilai saham perusahaan pun anjlok di pasar bursa.
Ya, BlackBerry saat ini tengah terseok-seok dipasar saham. Jika dibandingkan saat masih dikenal sebagai Research in Motion pada tahun 2008 lalu, sahamnya bisa dijual senilai USD 140 per saham. Kini nilai saham BlackBerry melorot jauh hingga di bawah USD 10 per lembar saham.
Keterpurukan BlackBerry dimulai saat kemunculan iPhone, smartphone ikonik buatan Apple. BlackBerry yang sempat menguasai pasar smartphone akhirnya gagal bersaingan dengan iPhone.
Perusahaan terus mengalami kerugian dan diterpa krisis keuangan yang cukup parah. Hingga akhirnya masuklah John Chen yang ditunjuk sebagai nakhoda baru BlackBerry pada dua tahun lalu. Masuknya pria asli Hong Kong ini diharapkan bisa mengangkat kembali performa BlackBerry yang terpuruk.
Harapan begitu besar dibebankan di pundak Chen yang diharapkan bisa mengembalikan kejayaan BlackBerry di masa lalu. Jika harapan itu bisa tercapai, maka mungkin penjualan akan menjadi opsi yang paling mungkin dilakukan, karena nilai perusahaan bisa lebih baik dibandingkan harus menjualnya sekarang.
Chen mengatakan BlackBerry saat ini sudah setengah perjalanan dalam proses peralihan, dari sebelumnya sebagai perusahaan hardware, menjadi pemain software.
“Kami sekarang sedang masuk ke fase kedua untuk beralih menjadi pemain software. Pada kuartal lalu, kami mendapatkan 2.600 pelanggan baru yang menggunakan software dari server kami, dimana sebagian besar adalah perusahan-perusahaan ternama,” imbuhnya.
Dengan kata lain, BlackBerry saat ini bisa dibilang lebih seperti sebuah perusahaan perangkat lunak, ketimbang disebut sebuah perusahaan pembuat smartphone. Laporan keuangan pada kuartal lalu bisa membuktikan hal tersebut.
Pada laporan keuangan BlackBerry di kuartal I 2015, penjualan software BlackBerry mengalami peningkatan sangat signifikan, dimana penjualan perangkat lunak tumbuh lebih dari 150% dari tahun sebelumnya menjadi USD 137 juta, atau sekitar seperlima dari total pendapatan.
Jika melihat pencapaian tersebut, sepertinya Chen cukup optimis bisa mencapai target penghasilan sebesar USD 500 juta dari hasil penjualan perangkat lunak di tahun ini.
Well, BlackBerry kini sedang mengejar mimpinya untuk kembali berjaya, tapi bukan sebagai produsen smartphone, melainkan untuk menjadi pemimpin di industri perangkat lunak.[HBS]