Telset.id, Jakarta – Bytedance tercatat sebagai startup paling tajir sejagat, dengan nilai mencapai US$ 75 miliar atau setara Rp 1.141 triliun. Perusahaan pemilik aplikasi Tik Tok ini meraih posisi pertama setelah mendapat suntikan modal sebesar US$ 3 miliar atau sekitar Rp 45,6 triliun dari SoftBank.
Bytedance melengserkan Uber dari posisi puncak startup paling tajir, yang kini bernilai sekitar US$ 72 miliar atau setara Rp 1.095 triliun.
Kabarnya Uber berencana melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada tahun depan dengan nilai taksiran perusahaan mencapai US$120 miliar atau sekitar Rp 1.826 triliun.
Tetapi, seperti dilansir The Verge, Jumat (26/10/2018), saat ini posisi puncak startup termahal masih ditempati oleh Bytdeance yang juga memiliki Toutiau, aggregator berita berbahasa China.
Kabar ini cukup mengejutkan, mengingat Byteance tak banyak hadir di luar China. Kemungkinan, kekayaan perusahaan ini disokong oleh kepopuleran aplikasi Tik Tok dikalangan remaja Barat.
Pada awalnya aplikasi siaran langsung karaoke itu bernama Musical.ly sebelum diakuisisi dan kemudian dimerger dengan layanan Douyin milik Bytedance dan berubah nama menjadi Tik Tok.
Kepopuleran Tik Tok telah meluas di jagat media sosial di berbagai negara. Saking populernya, Facebook berupaya untuk meluncurkan aplikasi live karaoke pesaing Tik Tok dengan nama Lasso.
Sedangkan Toutiao adalah salah satu aplikasi paling menonjol di China yang memiliki ratusan juta pengguna aktif setiap hari.
Aplikasi ini menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk mengumpulkan dan merekomendasikan berita. Selain itu, aplikasi ini juga menjadi salah satu pengisi pundi-pundi raksasa Byteance melalui iklan di feed.
Bloomberg mengungkapkan bahwa Byteance menghasilkan pendapatan hingga US$ 2,5 miliar atau mencapai Rp 38 triliun pada tahun lalu. Tetapi seperti kebanyakan startup di posisinya, perusahaan asal China ini belum memberikan profit untuk pemodalnya.
Kabar terakhir, Toutiao dan Byteance melanggar aturan sensor pemerintah China. Ini membuat aplikasi berita tersebut mendapat sanksi penghapusan sementara dari toko aplikasi seperti play store.
Sanksi ini masih lebih beruntung ketimbang nasib aplikasi Neena Duanzi, yang fokus memproduksi banyolan meme, karena harus ditutup.
Atas sanksi keras itu, Pendiri dan CEO Byteance Zhang Yiming menerbitkan surat terbuka yang berisi meminta maaf karena mengedarkan produk yang melanggar inti nilai-nilai sosialis. [WS/HBS]
Sumber: The Verge