JAKARTA – Hampir semua ponsel memakan waktu sekitar dua jam untuk mengisi penuh baterai-nya . Tetapi semakin berkembangnya teknologi dan dengan adanya teknologi fast-charging, pengisian baterai pada sebuah perangkat bisa terisi 3/4 hanya dalam waktu 30 menit. Tetapi bagaimana jika ada teknologi baterai yang mampu mengisi full hanya dalam waktu sekitar satu menit.
Dikutip telsetnews dari telegraph, Selasa (7/4/2015), hal tersebut dimungkinkan dengan teknologi temuan ilmuan di Stanford University. Para ilmuan tersebut menciptakan prototipe baterai almunium-ion yang bisa di isi penuh dalam waktu sekitar satu menit.
Tidak hanya menawarkan kecepatan dalam megisi baterai, mereka juga membuat baterai menjadi tahan lama waktu penggunaannya. Kalau yang ada sekarang seperti baterai lithium-ion akan menurun kualitasnya setelah melewati 1000 siklus pengisian baterai, baterai prototipe ini mampu bertahan hingga 7500 siklus tanpa mengurangi kualitasnya.
Jenis baterai aluminium sebenarnya bukan barang baru. Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah mencoba mengembangkan baterai aluminium-ion. Semuanya tidak berhasil karena tegangan listrik yang dihasilkan tidak cukup besar.
Profesor kimia di Stanford, Hongjie Dai mengatakan, kunci performa baterai ada pada material katoda. Timnya menggunakan grafit sebagai katoda baterai, yang dipasangkan dengan anoda aluminium dan elektrolit cair, yang pada dasarnya merupakan larutan garam.
Tidak heran apabila baterai aluminium-ion ini diyakini jauh lebih aman daripada baterai lithium-ion yang mudah terbakar. Sang profesor bahkan mengklaim baterainya tidak akan terbakar meski Anda bor hingga bolong.
Hasil pengembangan tim asal Stanford ini sendiri bukan tanpa kekurangan. Penyempurnaan masih perlu dilakukan agar bisa menyamai tegangan yang dihasilkan baterai lithium-ion, tapi paling tidak baterai aluminium-ion ciptaannya saat ini sudah bisa menghasilkan tegangan sebesar 2 volt, sekitar setengah dari yang dihasilkan oleh baterai lithium-ion dan jauh melebihi capaian baterai aluminium lain selama ini.
Baterai ini juga memiliki kelebihan seperti fleksibilitas, sehingga baterai aluminium-ion ini bisa ditekuk dan dilipat, membuka peluang eksistensi perangkat elektronik fleksibel ke depannya.
Kalau disimpulkan, baterai aluminium-ion ciptaan tim Stanford ini akan bisa membawa lebih banyak manfaat ketimbang teknologi baterai yang dipakai saat ini. Baterai ini tak cuma aman, tetapi juga fleksibel dan bisa di-charge dengan amat cepat. Ketahanan jangka panjangnya juga oke, setidaknya untuk prototipe saat ini. Dan yang tidak kalah penting, ongkos produksinya lebih kecil ketimbang baterai lithium-ion. (MS)