Telset.id, Jakarta – Seorang astronot NASA didiagnosis mengalami penggumpalan darah setelah berada di ruang angkasa selama dua bulan. Dengan misi tersisa empat bulan, para dokter NASA berjuang menangani astronot itu. Berhasilkah?
Tidak juga. Sebab, NASA kemudian harus mengirim dokter dari Bumi untuk membantu penanganan. Peristiwa tersebut mengundang pertanyaan. Sebab, seluruh astronot yang dikirim ke Stasiun Luar Angkasa Internasional wajib prima.
{Baca juga: Satelit NASA Temukan Planet 9 di Sistem Tata Surya}
Persyaratan itu tidak bisa ditawar. Pasalnya, tidak ada cara untuk mengobati sebagian besar kondisi medis darurat di ruang angkasa. Faktanya, seorang astronot NASA menderita pembekuan darah saat misi di ISS baru berjalan dua bulan.
Menurut New York Post, seperti dikutip Telset.id, Selasa (7/1/2020), dengan sedikit waktu untuk mempertimbangkan opsi-opsi, NASA meminta bantuan Stephan Moll dari UNC School of Medicine untuk mengatasi persoalan sang astronot.
Moll adalah seorang ahli dalam perawatan gumpalan darah. Mengingat belum pernah ada astronot NASA yang didiagnosis mengalami penggumpalan darah saat di luar angkasa, NASA jelas sangat membutuhkan tangan dingin Moll.
Di tangan bukan ahlinya, ketika gumpalan terurai dan darah mulai melakukan perjalanan melalui sistem peredaran, justru bisa berakhir di paru-paru sehingga menciptakan apa yang disebut emboli paru yang sangat mungkin mematikan.
{Baca juga: Astronot Potret Badai Petir dari Stasiun Luar Angkasa}
Moll dan NASA memutuskan bahwa astronot yang tidak disebutkan namanya itu harus mendapatkan pengencer darah dan menghentikan perawatan empat hari sebelum perjalanan kembali ke Bumi. [SN/HBS]
Sumber: New York Post