Telset.id – Amazon mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terbesar dalam sejarah perusahaan berusia 31 tahun tersebut, yang berdampak pada lebih dari 30.000 peran korporat. Gelombang PHK ini dimulai Selasa pagi dan terutama menyasar pekerja Amazon Web Services (AWS), divisi infrastruktur yang baru saja menyebabkan gangguan internet global beberapa hari sebelumnya.
Reuters menjadi media pertama yang mengonfirmasi rencana pemangkasan posisi ini. Meskipun 30.000 karyawan terlihat kecil dibanding total tenaga kerja Amazon yang mencapai 1,5 juta orang, angka ini mewakili 10 persen dari seluruh karyawan korporat perusahaan. PHK masif ini disebut sebagai langkah korektif untuk mengatasi masalah over-hiring selama pandemi COVID-19.
Beth Galetti, Wakil Presiden Senior Sumber Daya Manusia Amazon, dalam memo internal yang beredar hari ini menyatakan hanya 14.000 posisi yang akan dipangkas. “Beberapa mungkin bertanya mengapa kami mengurangi peran ketika perusahaan berkinerja baik,” tulis Galetti. “Yang perlu kita ingat adalah dunia berubah dengan cepat. Generasi AI ini adalah teknologi paling transformatif yang pernah kami lihat sejak Internet, dan ini memungkinkan perusahaan berinovasi lebih cepat dari sebelumnya.”
Dampak Langsung pada Karyawan AWS
Karyawan AWS mulai menerima pemberitahuan PHK melalui pesan teks dan email dini hari Selasa waktu Pasifik. Salah satu karyawan AWS dengan pengalaman lebih dari lima tahun membagikan pengalamannya: “Baru menerima email bahwa peran saya dihentikan pukul 3 pagi PST. Saya tahu ini akan terjadi tetapi masih butuh waktu untuk memprosesnya.”
Platform anonim Blind menjadi tempat bagi mantan karyawan Amazon untuk berbagi cerita. Seorang pekerja yang sedang hamil menulis: “Saya di-PHK dan saya hamil. Apa yang harus saya lakukan?” Kisah lain datang dari karyawan yang suaminya juga kehilangan pekerjaan: “Suami saya telah mencari pekerjaan sejak di-PHK beberapa bulan lalu. Dia tidak mengambil COBRA dan kami bergantung pada paket asuransi saya.” COBRA sendiri merupakan paket manfaat kelompok yang tersedia bagi sebagian karyawan yang mengalami PHK.
Baca Juga:
Pola dan Waktu PHK yang Dipertanyakan
Menurut mantan karyawan AWS yang sebelumnya mengalami PHK, Amazon biasanya menerapkan “buku pedoman PHK” standar: 90 hari untuk mencari pekerjaan internal, diikuti dengan tiga bulan gaji pesangon. Namun, beberapa pengamat menduga waktu PHK ini berkaitan dengan laporan pendapatan kuartalan Amazon yang dijadwalkan pada 30 Oktober.
PHK dalam skala sebesar ini diprediksi akan meningkatkan proyeksi pendapatan masa depan Amazon, dan pada akhirnya mendongkrak harga saham. Dugaan ini terbukti ketika saham Amazon naik sekitar 1,25 persen pada hari Selasa. Situasi ini mengingatkan pada keputusan strategis lain yang diambil perusahaan dalam menghadapi perubahan pasar.
Ironisnya, PHK ini terjadi tepat setelah insiden teknis AWS yang mengganggu layanan penting berbagai platform digital, mulai dari Fortnite hingga Bored Ape NFTs. Gangguan tersebut menunjukkan betapa krusialnya peran AWS dalam ekosistem digital global, sekaligus mempertanyakan konsistensi strategi perusahaan.
Seorang karyawan lain yang baru saja di-PHK mengungkapkan perasaan campur aduk: “Di-PHK hari ini. Keseimbangan kerja-hidup sudah sulit untuk sementara waktu – kemarin saya bercanda bahwa tidak akan menjadi hal terburuk jika saya di-PHK. Saya menarik perkataan itu. Ketidakpastian ini sama sekali tidak menyenangkan.”
Langkah Amazon ini juga terjadi di tengah perubahan strategi bisnis lainnya yang dilakukan perusahaan. PHK masif di industri teknologi semakin menguatkan tren yang sebelumnya sudah terlihat di perusahaan seperti Microsoft, yang juga melakukan restrukturisasi signifikan.
Meskipun Amazon menyatakan PHK ini sebagai respons terhadap transformasi teknologi AI, para analis mempertanyakan apakah keputusan ini murni didorong oleh efisiensi operasional atau juga dipengaruhi oleh tekanan pasar untuk menunjukkan kinerja keuangan yang lebih baik di kuartal mendatang.

