Telset.id – Bayangkan jika smartphone atau laptop Anda bisa menjalankan aplikasi AI dengan kecepatan luar biasa sekaligus menghemat daya baterai. Mimpi ini mungkin segera menjadi kenyataan berkat terobosan terbaru dalam teknologi in-memory computing yang dikembangkan oleh para peneliti di POSTECH (Pohang University of Science and Technology).
Dalam dunia komputasi modern, ada masalah mendasar yang sering disebut sebagai “von Neumann bottleneck” – istilah teknis untuk menggambarkan keterbatasan sistem komputer tradisional yang memisahkan unit memori dan pemrosesan. Kondisi ini memaksa data untuk bolak-balik antara kedua unit, menghabiskan waktu dan energi yang berharga.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor Seyoung Kim dan Dr. Hyunjeong Kwak dari POSTECH, bekerja sama dengan Dr. Oki Gunawan dari IBM T.J. Watson Research Center, berhasil mengungkap mekanisme operasi tersembunyi dari Electrochemical Random-Access Memory (ECRAM). Teknologi ini menjadi kunci penting dalam implementasi in-memory computing yang memungkinkan perhitungan dilakukan langsung dalam memori, menghilangkan kebutuhan untuk memindahkan data.
Bagaimana ECRAM Bekerja?
ECRAM menyimpan dan memproses informasi menggunakan pergerakan ion, memungkinkan penyimpanan data analog yang kontinu. Teknologi ini terinspirasi dari cara kerja sinapsis di otak manusia, di mana informasi diproses dan disimpan secara paralel. Dalam struktur array cross-point, perangkat ECRAM menggerakkan ion dalam saluran ketika tegangan diterapkan, memungkinkan komputasi dan penyimpanan data terjadi secara bersamaan.
Yang membuat penemuan ini begitu revolusioner adalah pengamatan pertama kali bahwa kekosongan oksigen di dalam ECRAM menciptakan keadaan donor dangkal (~0,1 eV), secara efektif membentuk jalan pintas di mana elektron dapat bergerak bebas. “Ini seperti menemukan jalan tol baru di tengah kemacetan lalu lintas data,” jelas Prof. Kim dalam wawancara eksklusif dengan Telset.id.
Baca Juga:
Dampak Potensial untuk Masa Depan
Penemuan ini memiliki implikasi luas untuk berbagai perangkat yang kita gunakan sehari-hari. Bayangkan smartphone yang bisa menjalankan model AI kompleks tanpa cepat panas atau tablet dengan baterai yang tahan berhari-hari meski digunakan untuk tugas komputasi berat. Bahkan di sektor bisnis, server seperti Primergy RX4770 M3 bisa mendapatkan peningkatan performa signifikan dengan teknologi ini.
Yang lebih mengesankan lagi, mekanisme ini terbukti stabil bahkan pada suhu ultra-rendah (-223°C), menunjukkan ketahanan dan keandalan perangkat ECRAM. Ini membuka kemungkinan aplikasi di lingkungan ekstrem, termasuk eksplorasi luar angkasa – sebuah bidang yang juga sedang mengalami revolusi teknologi seperti yang ditunjukkan oleh misi Gaia.
Dengan komersialisasi teknologi ini, kita mungkin akan melihat percepatan luar biasa dalam perkembangan AI. Aplikasi yang saat ini membutuhkan daya komputasi besar, seperti pengenalan gambar real-time, terjemahan bahasa alami, atau bahkan sistem rekomendasi yang lebih cerdas, bisa menjadi lebih cepat dan lebih efisien energi.
Namun, seperti semua terobosan teknologi, masih ada jalan panjang sebelum ECRAM bisa diproduksi massal. Tantangan manufaktur dan integrasi dengan sistem komputasi yang ada masih perlu diatasi. Tapi dengan pemahaman baru tentang mekanisme operasi internal ECRAM ini, langkah menuju komersialisasi menjadi lebih jelas.
Bagi Anda yang tertarik dengan perkembangan terbaru di dunia komputasi dan AI, penemuan ini layak untuk diikuti perkembangannya. Siapa tahu, mungkin dalam beberapa tahun ke depan, laptop gaming seperti ROG Flow X16 akan menggunakan teknologi ini untuk memberikan performa yang lebih baik dengan konsumsi daya yang lebih efisien.