Telset.id, Jakarta – Tanggal 18 April 2018 ini , Xiaomi Indonesia akan merilis smartphone barunya, Redmi Note 5. Yang paling menarik dari Redmi Note 5 adalah, smartphone ini akan ditenagai oleh prosesor mid-end terbaru dari Qualcomm, Snapdragon 636.
Berbeda dengan beberapa smartphone Xiaomi sebelumnya yang beredar resmi di Indonesia yang mengandalkan prosesor Snapdragon 625, kali ini ada lompatan yang menarik, karena Redmi Note 5 menjadi smartphone pertama Xiaomi yang menggunakan prosesor Snapdragon 636. dan ini akan jadi smartphone resmi pertama dengan prosesor tersebut di Indonesia.
Snapdragon 625 sudah menjadi salah satu chip dari Qualcomm yang sangat bisa diandalkan untuk smartphone mid-end, sebuah chip yang paling berhasil menetapkan kinerja yang cukup powerful dengan konsumsi daya yang sangat irit.
Hingga sekarang chip Snapdragon 625 sebenarnya tetap relevan, tetapi chip ini sudah berumur dua tahun, dan sekarang dengan kehadiran seri penggantinya Snapdragon 636, akan membawa angin segar bagi smarphone kelas mid-end.
Snapdragon 636 baru diumumkan Qualcomm bulan Oktober tahun 2017 lalu, dan memang dijanjikan akan memulai debutnya di Q1 2018 untuk smartphone-smartphone mid-end komersial.
Sebenarnya sebelum seri Snapdragon 625 ini, ada dua prosesor penerusnya sebelum Snapdragon 636, yaitu Snapdragon 626 dan 630, tetapi secara konfigurasi, kedua chip tersebut tidak terlalu tinggi lompatannya dari Snapdragon 625. Kedua tipe chipset ini juga jarang ditemui pada smartphone mid-end resmi yang beredar di Indonesia.
Mari kita lihat sedikit apa yang baru yang ditawarkan oleh chipset mid-end baru dari Snapdragon 636.
More Speed
Prosesor hi-end kelas atas senantiasa terbagi dua kategori atau kluster, satu kelompok inti prosesor yang mengutamakan kinerja yang sangat cepat, dan satu kelompok inti prosesor yang mengutamakan efisiensi daya. Kedua kelompok inti prosesor ini dikenal sebagai konfigurasi big.LITTLE.
Prosesor mid-end seperti Snapdragon 625, 626, dan 630 tidak memiliki inti prosesor kinerja cepat, hanya terdiri dari inti prosesor efisien yang irit daya. Ini salah satu kunci mengapa banyak vendor smartphone mid-end dan pengguna, menyukai prosesor Snapdragon 625, karena memenuhi kebutuhan smartphone yang bisa bertahan seharian tanpa harus di charge.
Hanya saja, gap akan semakin besar antara prosesor smartphone hi-end yang semakin cepat dengan prosesor mid-end yang mementingkan efisiensi. Pengguna smartphone mid-end juga semakin demanding atau menuntut agar smartphonenya bisa bekerja dengan lebih cepat, terutama untuk multitasking yang berat atau bermain game. Kemampuan baru ini yang ditawarkan prosesor Snapdragon 636.
Ada dua kelebihan inti prosesor Snapdragon 636 dibanding prosesor mid-end pendahulunya. Prosesor ini terdiri dari dua kelompok inti seperti prosesor hi-end, yakni satu kelompok 4 inti dengan kecepatan tinggi based on arsitektur cortex A73, dan satu kelompok lagi 4 inti efisien cortex A53. (Perpaduan 2 kluster A73 dan A53 hadir di prosesor hi-end Snapdragon 835)
Kehadiran satu kelompok prosesor cepat ini akan sangat berpengaruh untuk menjawab kebutuhan pengguna mid-end yang lebih demanding, seperti kemulusan bermain game berat atau multitasking yang lebih lancar, termasuk kecepatan berpindah aplikasi.
Snapdaragon 636 walau inti prosesornya yang cepat berbasis desain artsitektur A73, dan yang efisien berbasis A53, tetapi sudah mengalami kustomisasi oleh Qualcomm menjadi Kryo 260. Kryo adalah nama inti prosesor semi custom dari Qualcomm yang biasanya hanya ada di hi-end processor, kali ini dibawa menjadi bagian dari mid-end processor.
Tujuan Qualcomm membuat custom prosesor, biasanya untuk mengoptimalkan kinerja inti prosesor, sekaligus membuatnya lebih efisien dalam penggunaan daya.
Jadi CPU Snapdragon 636 terdiri dari 8 inti / octacore, terbagi dalam 2 grup/ kluster, 4 inti semi custom Kryo 260 dengan clock 1.8 GHz untuk performa, dan 4 inti Kryo 260 dengan clock 1.6 GHz untuk grup prosesor yang efisien dalam daya.
Bocoran hasil benchmark meneguhkan kalau Snapdragon 636 hasilnya cukup jauh di atas Snapdragon 625. Coba kita lihat hasil benchmark-nya berikut ini:
Snapdragon 636 mencatat skor benchmark AnTuTu v.7 122.646
Snapdragon 625 mencatat skor benchmark AnTuTU v.7 77.236
Perbedaan skor ini hampir mencapai 50%. Jika hanya melihat hasil skor AnTuTu, skor ini sudah mendekati flagship Xiaomi Mi5 dengan hi-end processor Snapdragon 820.
Layar dan Grafis lebih Optimal
Kemampuan resolusi layar maksimal juga dibatasi oleh prosesor. Snapdragon 625 dibuat untuk rasio yang lebih dulu 16:9, sementara Snapdragon 636 dibuat optimal untuk rasio layar lebih kekinian FHD+ 18:9. Jadi layar kekinian Redmi Note 5 dengan resolusi memanjang Full HD+ 2160 x 1080 akan lebih optimal dengan prosesor yang lebih baru ini.
Apa yang tampil di layar baik saat bermain game, browsing, atau chatting, dan lain sebagainya, ditentukan oleh kemampuan GPU (Graphic Processing Unit) atau chip grafis. GPU juga mengalami peningkatan di Snapdragon 636, menjadi Adreno 509, sebelumnya di Snapdragon 625 menggunakan Adreno 506.
Karena data kita masih terbatas, jika hanya membandingkan hasil GPU dari AnTuTu, maka terdapat peningkatan yang cukup besar, 12.749 poin di Snapdragon 625, dan 21.162 di Snapdragon 636. Para gamer setidaknya akan mendapat tenaga baru untuk bermain game dengan fps lebih baik dibanding Snapdragon 625.
Selain itu dengan GPU Adreno 509, smartphone mid-end juga bisa merekam dan memutar video 4K @30 fps, atau mengambil gambar slow-motion full HD 1080 @120 fps, yang jika diterapkan nanti di Redmi Note 5 memungkinkan mengambil video slow motion 720p di 240 fps.
GPU Adreno 509 juga mendukung fitur EcoPix, yang memungkinkan layar smartphone mengatur kecerahan dan pixel agar lebih mudah dilihat di bawah sinar matahari, dan TruPalette yang membuat warna-warna yang tampil di layar lebih pop-up dan hidup.
TruPalette juga mampu menyajikan color gamut yang berbeda selain warna yang lebih jelas, mendukung warna untuk sinematik menonton film, dan lebih akurat untuk melihat hasil foto profesional, yang semoga fitur ini bisa juga diadaptasi oleh smartphone Redmi Note 5.
Hasil Foto yang lebih Optimal
Kamera pada smartphone sebenarnya berfungsi untuk “menangkap” cahaya. Selama ini kita selalu diributkan dengan jenis optik dan sensor pada kamera. Seperti mata yang menangkap cahaya pada retina, tanpa diolah oleh otak, tidak akan menjadi gambar yang kita lihat.
Demikian juga tanpa ada ISP (Image Signal Processor) sebagus apapun sensor kamera, tidak akan bisa dilihat hasilnya atau ditampilkan di layar. ISP yang akan berfungsi untuk menterjemahkan spektrum warna yang ditangkap oleh setiap pixel pada sensor kamera untuk menjadi gambar yang bisa kita lihat.
ISP menjadi bagian dari SoC Snapdragon yang senantiasa dibanggakan oleh Qualcomm. Pada Snapdragon 636 terdapat dual 14bit ISP yang dinamai Spectra 160. Dual ISP ini sekarang lebih optimal untuk bekerja dengan dual camera, yang seperti kita tahu bahwa Xiaomi Redmi Note 5 akan dilengkapi dengan dua kamera belakang, 12 MP dan 5 MP untuk memperoleh efek kedalaman atau bokeh.
ISP dari Qualcomm ini memiliki fitur khusus agar kamera bisa bekerja lebih baik untuk mengasilkan efek bokeh, termasuk performa yang lebih baik di low-light. Selain itu kecepatan shutter (zero shutter lag ZSL), auto focus, EIS (Electronic Image Stabilization) juga sudah bisa dikontrol oleh ISP Spectra 160 dari Snapdragon 636.
Kamera dengan AI (Artificial Intelligence) juga mungkin akan diangkat oleh Xiaomi pada Redmi Note 5, terutama untuk mengatur efek blur background atau bokeh. Apakah Snapdragon 636 sudah mendukung AI?
Sudah, walaupun tidak memiliki dedicated chip AI seperti pada prosesor hi-end Apple atau Huawei. Sebenarnya sampai saat ini sudah generasi ketiga prosesor Snapdragon mendukung AI, based on software SDK yang distribusi pengolahannya bisa dilakukan oleh CPU, GPU, atau DSP.
Penutup
Ketika nanti kita menerima smartphone yang dilengkapi SoC Snapdragon 636, test atau uji yang menarik adalah untuk mengetahui daya tahan baterainya, apakah dengan peningkatan yang cukup banyak ini dan kinerja CPU yang meningkat, tetap akan sangat efisien dalam penggunaan daya
Kelebihan lain yang dibawa oleh Snapdragon 636 yang kadang tidak terlalu disorot tetapi sebenarnya berguna, misalnya DAC Aqstic audio, security by hardware untuk lebih baik menangkal serangan malware, dan sudah mendukung Bluetooth 5, plus modem untuk koneksi yang lebih cepat.
Satu yang ditunggu pengguna smartphone mid-end, dengan baterai yang besar, berharap juga memperoleh fitur quick charging. Snapdragon 636 sendiri sudah mendukung fitur quick charge 4, tetapi kita belum mengetahui apakah fitur ini akan didukung Xiaomi, karena membutuhkan juga perubahan pada charger yang disertakan.
Kabarnya walau bukan quick charge versi 4, Redmi Note 5 akan mendukung charging cepat ini.
Sebagai tambahan Redmi Note 5 ini sebagian besar spesifikasinya sama dengan Redmi Note 5 Pro yang di-release di India, dan versi Indonesia sepertinya mengikuti versi di China, yang penamaannya tidak memakai Pro, tetapi lebih advance pada spesifikasi aperture, ukuran pixel kamera sensor, dan kecepatan autofocus pada dual kamera belakang.
Yang terakhir dan paling menarik mungkin adalah soal harga, dimana Redmi Note 5 ini akan ditempatkan? Karena belum lama ini Xiaomi baru merilis Redmi 5 dan Redmi 5 Plus di Indonesia. Kalau kita mengkonversi harga Redmi Note 5 China ada 3 varian:
RAM/Internal 3/32 GB seharga kurang lebih Rp 2,4 juta
RAM/Internal 4/64 seharga kurang lebih Rp 3,1 juta
dan RAM/Internal 6/64 seharga kurang lebih Rp 3.7 juta.
Kabarnya Xiaomi Indonesia akan me-release dua varian saja, cukup menjadi dilema varian mana yang yang akan dipilih. Jika varian 3/32, harganya mungkin akan mengganggu Redmi 5 Plus, dan jika dua varian terakhir yang lebih besar yang dipilih, bagaimana jika nanti ada smartphone brand lain dengan konfigurasi prosesor Snapdragon 636 malah menetapkan harga lebih murah?
Kita tunggu saja beberapa jam lagi! [LS/HBS]