Telset.id, Jakarta – Video game berisi konten kekerasan selalu dianggap penyebab anak melakukan prilaku kekerasan. Namun, ahli psikologi baru-baru menyatakan jika tidak ada hubungan antara video game kekerasan dan prilaku kekerasan pada anak.
Dilansir Telset.id dari Asia One pada Minggu (08/03/2020), American Psychological Association (APA) merilis pernyataan terbaru pada Selasa (03/03/2010) kemarin. Isinya menjelaskan jika tidak ada bukti ilmiah yang memadai untuk mendukung hubungan sebab akibat antara video game kekerasan dan perilaku kekerasan.
Pernyataan itu didukung oleh komentar lebih lanjut dari Presiden APA, Sandra L. Shullman yang menunjukkan bahwa faktor-faktor lain, seperti sejarah kekerasan dalam rumah tangga justru berperan membentuk prilaku kekerasan pada anak.
{Baca juga: 5 Game Android Dewasa Khusus 18+, Bocah Jangan Main!}
Sejujurnya, tidak sulit untuk melihat mengapa orang cenderung mengasosiasikan video game kekerasan dengan prilaku kekerasan. Alasannya otak manusia terprogram untuk menyatukan dua peristiwa terutama jika ada hubungan sebab-akibat.
Misalnya menganggap jika anak suka bermain game yang mengandung konten kekerasan otomatis akan berprilaku sama dengan konten game yang dimainkan. Peneliti APA pun memaklumi asumsi tersebut namun mereka menegaskan bahwa video game kekerasan bukan menjadi satu-satunya penyebab anak berprilaku agresif.
Game memang selalu menjadi kambing hitam sebuah peristiwa kekerasan. Misalnya tahun 2018 lalu terjadi penembakan oleh siswa di Marjory Stoneman Douglas High School Florida, Amerika Serikat. Alih-alih melakukan penyelidikan, pemerintah setempat malah menuding game sebagai biang kerok kasus penembakan tersebut.
{Baca juga: Game Dituding ‘Biang Kerok’ Kasus Penembakan di Florida}
Gubernur Negara Bagian Kentucky, Matt Bevin, dalam sebuah wawancara menuduh bahwa video game telah menjadi biang kerok atas kasus tersebut serta kasus sejenis lain di AS. Para pelaku terinspirasi melakukan kejahatan dari permainan itu. [NM/IF]